Sport Science: Kunci Sukses Meraih Prestasi Para Atlit Indonesia di kancah Internasional
Rasanya jika kita bicara masalah olahraga dan pembinaan atilit
akan tidak habis-habis untuk dikupas untuk mencari penyebab mengapa Indonesia
dengan jumlah penduduk yang begitu besar tidak mampu mencetak banyak atlit yang
mampu berkiprah dan meraih prestasi didunia internasional, bahkan dalam wilayah
regional pun terlihat kemunduran memanen hasil sehingga tak mampu menjadi juara
umum.
Bahkan, Salah satu lembaga penelitian, Paramadina Public Policy
Institute pada tahun 2010 pernah melakukan riset untuk mencari faktor penyebab
penurunan prestasi Indonesia dalam bidang olahraga. Lembaga tersebut mencoba
melakukan interviu dengan stakeholder seperti atlet, mantan atlet, swasta dan
pemerintah dan menghasilkan riset berjudul “Mendorong Prestasi Olahraga Melalui
Kebijakan Pendanaan dan Fiskal”.
B. B. Faktor Penyebab Prestasi Olahraga di Indonesia
Tidak Maksimal
Menurut
hasil riset tersebut, Faktor-faktor penyebab penurnan prestasi Atlit
diantaranya karena: a) Profesi Olahragawan tidak meanrik bagi kaum milenial; b)
Minimnya Dana pembinaan olahraga; c) Sistem Pendidikan yang tidak mendukung
dunia olahraga; d) Sarana dan prasaran olahrag yang minim; dan e) Belum
optimalnya Pihak Swasta (Sponsor pertandingan) di bidang olahraga. Faktor pertama, ketidaktertarikan
para milenial terhadap dunia olahraga, terkecuali bulu tangkis, sepak bola atau
basket, karena ketidakjelasan jalur karir di bidang olahraga tersebut. Terutama
pasca pensiun, banyak mantan atlet yang hidupnya terlantar atau hidup dalam kekurangan,
dsb.
Selanjutnya Faktor kedua, kurangnya dukungan pemerintah terkait
dana pembinaan olahraga baik di pusat maupun di daerah, jika kita bandingkan dengan
negara Australia, Thailand dan Singapura, dana pembinaan olahraga mereka bisa mencapai
masing-masing 0,1%, 0,2%, dan 4,2% dari pendapatan negara. Sementara itu,
Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya memiliki anggaran sebesar 0.08% dari APBN.
Itu pun anggaran sudah termasuk biaya operasional kementerian seperti gaji
pegawai dan sarana prasarana serta masih membagi kepada dua bidang kepemudaan
dan keolahragaan.
Faktor berikutnya, Sistem Pendidikan Kurang Mendukung untuk Olahraga, Pandangan sebagian masyarakat
Indonesia memang belum melihat olahraga sebagai karir yang menjanjikan. Dengan
demikian kolaborasi antara dunia Pendidikan dan dunia olahraga tidak
menciptakan sinergitas, kalau ada kurikulum olahraga hanya sebagai mata
pelajaran dukungan. Dan lebih miris lagi, banyak guru yang mendukung siswa
untuk mengejar nilai pelajaran umum dibandingkan olahraga. Kalau pun mereka
yang memang jatuh cinta pada olahraga, mereka diarahkan pada sekolah khusus olahraga (SKO), padahal jumlah
SKO dinegeri kita bisa dihitung dengan jari.
Faktor keempat, dukungan pemerintah terutama di daerah terhadap
sarana dan prasarana olahraga sangat minim, itu pun bergantung dengan komitmen
kepala daerah (jika suka dengan olahraga atau demi prestise atau pencitraan) membangun
stadion olahraga megah, namun belum tentu sesuai dengan kebutuhan/minat
masyarakat terhadap olahraga tertentu. Akibatnya, pencarian anak didik berbakat
atau bibit unggul atlit seperti mencari jarum di ladang Jerami.
Dan yang terakhir, ketelibatan pihak swasta (sponsor) dalam mendukung olahraga belum
optimal. Sebenarnya cukup
banyak industri olahraga yang ingin membantu perkembangan olahraga di Indonesia,
namun terbatas olahraga yang menjadi kesukaan masyarakat. Belum lagi, Masih
banyak sekali dipolitisisasi sebagai intervensi yang dijadikan lahan bisnis dan
menyebabkan industri olahraga tidak berkembang maksimal.
C. C. Konsep Besar Pemerintah Indonesia Untuk
Mencoba bangkit Dan Perbaiki Situasi Dunia Olahraga
Terhadap permasalahan tersebut, Pemerintah sadar dan mulai
mencari solusi untuk memperbaiki situasi ini, melalui Kementerian Pemuda dan
Olahraga, pemerintah telah merancang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON)
sebagai jawabannya. Desain tersebut akan memberikan panduan perencanaan di
bidang olahraga mulai dari hulu hingga hilir, dipemerintah pusat hingga daerah,
bahkan difokuskan untuk peningkatan prestasi olahraga tidak hanya nasional dan
regional, juga di kancah internasional.
Menteri Pemuda dan Olahrsga, Zainudin Amali mengakui bahwa sudah
76 tahun kita merdeka, Indonesia belum memiliki Desain Besar Olahraga Nasional dan
DBON tersebut merupakan arahan Presiden Joko Widodo dalam sambutan pada
Peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-37 pada September 2020 dengan
meminta dilakukannya kajian total terhadap ekosistem pembinaan prestasi
olahraga nasional. Kemenpora diminta untuk melakukan review total
terhadap ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional, penggunaan big
data, dan menjadikan sport science sebagai unsur utama di
dalam pembinaan olahraga nasional.
Kemenpora juga telah melakukan uji publik atas draft DBON
tersebut sebagai proses penyempurnaan pengembangan desain. Penyusunan DBON juga
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan dibidang olahraga seperti Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), National
Paralympic Committee of Indonesia (NPCI), perguruan tinggi, akademisi, hingga
praktisi olahraga. Berkaitan dengan pembinaan atlit, menurut Menpora, dibutuhkan
sutau proses rangkaian Panjang dan menurut para pakar olahraga membutuhkan
waktu kurang lebih 10 tahun atau kira-kira 10 ribu jam untuk dapat mencapai
prestasi yang membanggakan.
Oleh karena itu, dalam DBON tersebut menguraikan tentang pola
pembinaan dan perekrutan bibit unggul atlit dari siswa tingkat SMP, hingga pelatihan yang
bertujuan untuk membentuk atlet-atlet yang tangguh. Selanjutnya, pemerintah
juga berencana untuk membangun 10 sentra pemusatan latihan di sejumlah daerah.
Dari sentra Olahrag tersebut akan diseleksi dan dipantau perkembangannya secara
ketat, selanjutnya menginjak usia SMA akan dipusat-latihkan pada Sekolah Khusus
Olahraga ( SKO) di Cibubur. Dan saat ini SKO di Cibubur sedang dibangun melalui
kerjasama dengan Kementerian PUPR membangun pusat pelatihan terkonsep dan
terintegrasi konsep bangunan kompak (compact building) mengacu seperti yang ada
di Tokyo.
D. D. Sport Science Sebagai Pondasi
Dasar bagi Pembinaan Atlit Masa Depan
Yang menarik perhatian, dalam Desain Besar Olahraga Nasioanal
(DBON) menyinggung konsep Sport Science. Bahkan, konsep sport science secara serius dibahas dalam Focus Group
Discussion (FGD) mengenai Pengembangan Sport Science atas inisiasi pihak
Universitas Unesa, Surabaya bekerjasama dengan Kementerian Riset dan
Teknologi-Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN pada saat ini). Pengembangan sport
science merupakan perubahan fundamental yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan prestasi olahraga nasional, kelemahan cabang olahraga saat ini
adalah tidak memiliki tempat pelatnas permanen yang dilengkapi dengan teknologi
memadai.
Dr. Hari Setiyono, M.Pd dari Unesa,
Surabaya mengungkapkan bahwa sport science memiliki peranan yang sangat besar
dalam pembangunan dan perkembangan olahraga nasional. Sport science tidak hanya
tentang ilmu untuk meningkatkan performance atau kinerja atlet, namun juga
melibatkan ilmu lain seperti kinanthropometry, biomekanika, fisiologi olahraga,
dan lain-lainnya, termasuk dalam pemanduan bakat, penerapan iptek, dan
teknologi keolahragaan guna menganalisis kinerja dalam pengembangan olahraga
nasional. Doktor olahraga tersebut menyampaikan, ada 3 hal sesuai dengan arahan
Presiden Jokowi yakni untuk membangun secara makro dalam pembinaan olahraga melipuit
tata kelola mulai dari daerah sejak jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi, penggunaan big data secara efektif, dan penerapan ilmu pengetahuan
olahraga.
E. E. Keberhasilan Inggris Meningkatkan
Prestasi olahraga Melalui Sport Science
Profesor
Keith George, pimpinan Research Institute for Sport and Exercise Sciences di
Liverpool John Moores University, mengatakan untuk menjadi juara
dibutuhkan attitude yang tepat, mental yang tangguh, dan
sistem pendukung. Pelatihan-pelatihan standar biasanya hanya fokus pada sisi
teknik, taktik, dan fisik. Kita sering lupa memberi perhatian yang sama
besarnya pada unsur psikologis atau mental. Menurut Prof George, rasa percaya
diri dan “a winning mindset” penting ditanamkan pada atlet.
Prof. George memberikan contoh
peningkatan prestasi Inggris pada Olimpiade tahun 2012 ketika Inggris meraih 29
medali emas dan menduduki peringkat ke-3 setelah Amerika Serikat dan Republik
Rakyat Tiongkok. Padahal, pada Olimpiade 1996 di Atlanta, Inggris hanya
mengantongi 1 medali emas dan berada di posisi 36.
Pengertian
Sports Science menurut Prof. George adalah program multidisipliner yang
membahas empat domain utama dalam olahraga yaitu psikologi, fisiologi,
biomekanika, dan biokimia. Keempat bidang ini memainkan peran penting dalam
kesehatan dan performa tubuh, khususnya bagi atlet. Untuk aspek psikologi, ada
beberapa kategori yang diajarkan yaitu Brain Behavior, Motor Skills,
Performance Psychology, dan Mental Toughness. Sementara itu, materi fisiologi
mengajarkan soal otot, termasuk otot jantung, sedangkan biokimia banyak
membahas nutrisi terkait performa atlet. Lalu ada biomekanika yang
mempelajari human movement, khususnya di bidang olahraga, yang
tidak hanya demi peningkatan performa atlet, tetapi juga pencegahan cedera.
Di
Inggris, Liverpool John Moores University (LJMU) adalah universitas pertama
yang menawarkan program studi Sports Science sejak 1975. Universitas ini memang
memfokuskan diri di bidang olahraga, yang hal ini tecermin dari Tom Reilly
Building, fasilitas kampus barunya yang bernilai 25 juta pounds. Di dalamnya
terdapat laboratorium fisiologi seluas 800 meter persegi dan laboratorium
molekuler atau biokimia seluas 100 meter persegi. LJMU juga memiliki klinik
saluran pernapasan yang terbuka untuk umum dan klinik fisioterapi untuk
pemulihan cedera bagi para atlet olimpiade dan paralimpiade.
Karena sangat fokus, program
S-1 Sports Science saja membuka tiga pilihan, yaitu Sports Science, Science and
Football, dan Applied Sports Psychology. Sementara itu, di tingkat pascasarjana
ada lima pilihan yaitu Sport and Clinical Biomechanics, Clinical Exercise
Psychology, Sport and Exercise Psychology, Sports Psychology, dan Sports
Nutrition. Semua jurusan ini masuk dalam Fakultas Sains di bawah School of
Sport and Exercise Sciences.
F. F. Kemajuan Teknologi dan Sport Science sebagai Alat
Pendukung Olahraga
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi memang bertujuan untuk membantu manusia
dalam menjalani aktivitas dan kehidupan manusia, termasuk dalam berolahraga. Inovasi
teknologi dalam olahraga saat ini sudah menjadi sebuah keharusan dalam olahraga,
terutama untuk pertandingan di tingkat internasional atau yang bersifat profesional
baik olahraga perseorangan maupun tim. Semuanya telah menggunakan alat-alat
berteknologi tinggi demi kelancaran pertandingan.
Dapat
dipastikan inovasi teknologi ini akan terus mengalami perkembangan. Mengikuti
perkembangan teknologi dan kebutuhan dari pertandingan olahraga itu sendiri
yang makin kompleks. Salah satu contoh penggunaan teknlogi yang telah
diterapkan sebagai berikut:
1.
Heart Monitor –
Training Heart monitor sangat penting bagi atlet yang banyak beraktivitas
fisik. Heart monitor juga digunakan dalam masa training atau pelatihan untuk
mengecek kesehatan, tekanan darah dan detak jantung. Alat ini berfungsi untuk
memantau secara rutin kondisi kesehatan dan kesiapan atlet sebelum bertanding.
2.
Cyclops dan Hawkeye Tracking System
– Tennis Cyclops adalah sistem dengan enam sinar infra-red yang diletakkan
hanya 1cm di atas lapangan permainan tenis, tujuannya untuk mendeteksi apakah
bola yang dipukul berada dalam lapangan atau keluar lapangan. Cyclops akan
mendeteksi dengan tepat. Sementara Hawkeye System adalah sejumlah kamera
pengintai dalam lapangan pertandingan yang berada dalam setiap angle untuk
memantau jalannya pertandingan.
3.
Headset – Football
Headset menjadi inovasi teknologi yang sangat efektif bagi pelatih dalam
memantau jalannya pertandingan football. Dengan headset yang terpasang di
pelatih, mereka bisa mengarahkan para tim secara langsung tanpa harus berteriak
atau menggunakan suara besar. Dengan begitu, kerahasiaan strategi tim bisa
terjaga.
4.
The Television – Golf
Banyaknya momen yang mungkin terabaikan dalam pertandingan golf membuat
seringkali terjadi kontroversi dalam pertandingan ini. Golf dengan arena pertandingan
yang sangat luas juga sangat memungkinkan para penonton tidak memperhatikan
dengan jelas. Oleh sebab itu untuk menjaga akurasi pertandingan penting melalui
siaran televisi dan pemantauan kamera.
5. Photo Finishes Pengambil gambar pada pertandingan balap
lari maupun balap kuda membutuhkan kamera penangkap gambar otomatis yang bisa
mencetak gambar dalam 3000 frame hitungan per detik. Dengan pengambilan gambar
yang sangat banyak ini maka pergerakan atlet bisa terdeteksi dengan baik.
Teknologi ini juga efektif pada cabang olahraga seperti renang.
6.
Above the Net Camera
– Hockey Penetapan kamera dari tampak atas pada permainan hockey adalah inovasi
teknologi yang efektif dalam menjamin keteparan fan fairness dalam
pertandingan.
7.
Komputerisasi Skor Bowling
Sedari dulu salah satu hal yang paling riskan dalam pertandingan adalah
pencatatan skor. Bowling misalnya, sangat sulit dicatat karena kecepatan
permainan. Kini, dengan komputerisasi skoring, maka tingkat ketepatan skoring
pada bowling lebih baik ketimbang skoring secara manual. Dengan begitu, pemain
bisa tetap fokus dalam mengatur strategi dan melakukan pertandingan.
8.
Kinetic Energy Recovery System (KERS)
– Balap Mobil KERS digunakan dalam pertandingan Formula1 dimana mesin seberat
35 kilogram dalam mobil ini akan terus mengisi daya mobil secara otomatis.
Mesin ini pertama kali diluncurkan pada 2009, sempat berhenti pada 2010 karena
beratnya mesin tersebut. Meski demikian, KERS juga punya kelebihan lebih ramah
lingkungan dan memberi kesempatan pada pembalap untuk menaikkan kecepatan tanpa
merusak sistem.
9.
Radar Gun – Baseball
Baseball sebagai salah satu olahraga lempar bola, serta aturan main dengan
berlari (homerun) yang terkesan sangat tradisional membuat penonton sangat mungkin
kehilangan momen penting dalam pertandingan. Oleh sebab itu, radar gun ini
sangat jitu iuntuk mengecek jalannya pertandingan, serta mengawasi pelempar dan
pemukul serta setiap pemain dalam pertandingan.
10.
Multi-Faced Above the Rim Shot Clock
– Basketball Awalnya, jam dan skoring shot basketball kerap dipasang di pinggir
lapangan bagian tengah. Pilihan itu kurang efektif bagi pemain dalam memantau
pergerakan sisa waktu, dan skor shot. Selain itu, pemain juga penonton jadi
lebih sulit memantau skor tembakan. Dengan penempatan di atas ring, akan lebih
memudahkan masing-masing tim dan pemain memantau pergerakan.
G. G. Penutup
Rasanya
kita masih memiliki rasa optimis bahwa pemerintah akan serius menangani
permasalahan olahraga secara intens melalui konsep Desain Besar Olahraga
Nasional. Dan diharapkan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga
akan berkomitmen untuk memajukan olahraga untuk meningkatkan prestasi para
atlit Indonesia secara signifikan baik dikancah Regional maupun Internasional.
Diharapkan
DBON tersebut akan diterapkan sebagai garis besar Haluan Keolahragaan di
Indonesia, tidak saja tertuang dalam rencana Strategis pada Kementerian Pemuda
dan Olahrga, juga menjadi panduan bagi pemerintah daerah untuk terlibat secara
intensif mendukung baik pendanaan maupun sarana dan prasarananya. Bahkan dalam
beberapa lansiran berita, pihak Anggota DPR-RI juga sangat mendukung atas
kebijakan pemerintah di bidang olahraga dan akan memperjuangkan agar ada peningkatan
alokasi dana dibidang olahraga secara signifikan, minimal sebesar 1 % dari
APBN.
Referensi :
1. Menristek/BRIN: Sportscience Jadi Perubahan
Fundamental Untuk Peningkatan Prestas Olahraga Nasional, Berita Unesa, www.unesa.co.id, 4/12/2020.
2. Indonesia Segera Miliki Desain Besar
Olahraga Nasional, Siaran Pers, www.presidenri.go.id, 9/9/2020
3. Ina Liem, Apa Yang Diperlukan Untuk
Mencetak Peraih Medali Emas Di Kancah Internasional?, Kompas KLASS,
kompas.co.id, 23/5/2014
4. Muhammad Rosyid Jazuli, Inilah Beberapa
Faktor Sebab Prestasi Olahraga Di Indoensia Kurang Maksimal, Policy.paramadina.ac.id
5. Gloria Fransisca Katharina Lawi, Ini
10 Teknologi Dorong Produktivitas Olahraga, Bisnis.com, 11/9/2020.
Komentar
Posting Komentar