Menguak Misteri Suatu Daerah Yang Menerapkan Herd Immunity Dapat Terhindar Dari Wabah Covid-19
A.
Prolog
Masih dalam suasana
lebaran, pasti banyak undangan halal bi halal entah dengan kerabat, sanak
saudara atau teman-teman. Demikian halnya dengan saya yang kali ini mendapat
undangan halal bi halal dari teman reunian. Lantaran kondisi wabah Covid-19, pertemuan
kami lakukan melalui media virtual. Seperti biasa, ucap salam dan jabat tangan dilakukan
dengan memberi isyarat tangan lewat gadget masing-masing dan tentu saja
ternampak wajah ceria karena gembira bisa tumpahkan rasa kangen dan rindu jumpa
dengan sahabat lama dimana saja berada.
Obrolan menarik terungkap
pada saat kawan-kawan bercerita tentang kondisi wabah covid-19 di lingkungannya,
ada yang pernah terkena virus atau terkonfirmasi positif sehingga harus di
isolasi mandiri baik di RS atau di rumah. Namun ada pula yang sempat dirawat
dan sembuh dari penyakit Covid-19, dan yang membuat sedih ada juga yang wafat
meninggalkan kami semua. Kisaran cerita, bagi yang terkonfirmasi Virus Covid-19,
mereka hanya melakukan berjemur badan di pagi hari atau olahraga, disuruh beristirahat
cukup dan makan, serta diberikan berapa jenis vitamin. Hampir sebagian besar mereka
yang diisolasi baik di Rumah Sakit atau di rumah tidak diberikan obat khusus
tentang Covid-19. Sedangkan mereka yang dirawat di RS, obat penyembuhan difokuskan
hanya untuk mengatasi penyakit komorbid (bawaan) seperti darah tinggi, sesak
nafas, penyakit jantung, atau lainnya.
B.
Berbagi
Pengalaman Ketika Terserang Virus Covid
Dari berbagai obrolan,
ada kawan yang tinggal di luar negeri (Paris) saat bertandang di Indonesia dan
tertular virus Covid-19, dia bisa sembuh (menurutnya) justru karena minum obat berupa
obat tradisional yakni buah angkak merah yang sebenarnya untuk obat demam
berdarah, ada pula teman lainnya yang minum obat tradisional China atau
rempah-rempah seperti jahe atau sekedar minyak kayu putih.
Ya memang benar,
hingga saat ini belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkan serangan virus
Covid-19. Dari penelitian klinis dan para
ahli kesehatan selama ini hanya mampu bagaimana untuk meredakan atau
mengendalikan serangan wabah virus. Pemerintah pun dengan giatnya selalu memberikan
sosialisasi atau petunjuk protokol Kesehatan dengan 3 M atau 5 M yakni menggunakan
masker, menjaga jarak dengan menghindari kerumunan, dan mencuci tangan entah dengan
sabun atau cairan Kesehatan, dsb. Dan yang terpenting bagi kita adalah
bagaimana menjaga imun tubuh sebagai daya tahan untuk menangkal penyakit virus.
C. Fenomena Menarik Atas Kondisi
Suatu Daerah Yang Kontradiktif
Akan tetapi ada fenomena
menarik yakni cerita kawan bahwa daerah tempat tinggalnya sangat kontradiktif dalam
penanganan wabah covid-19. Dikompleks perumahan dia tinggal sangat menjaga protokol
kesehatan, namun daerah kampung di luar kompleksnya seolah ada pembiaran atau menerapkan
herd imunity, mereka berkeyakinan seakan tidak ada wabah virus.
Misalnya, pada saat
melakukan kegiatan ibadah agama seperti sholat di masjid, masjid dikompleks menerapkan
kebijakan dengan berjarak dan harus bermasker, serta di test suhu sebelum masuk
masjid. Sementara itu di mushola kampungnya, hampir sebagian besar warga banyak
yang tidak bermasker dan saat sholat berjamaah dilakukan seperti kondisi biasa
yakni berjarak rapat dan tanpa masker, bahkan usai sholat saling bersalaman. Kontradiksi
fenomena tersebut terjadi selama dua tahun berlangsungnya wabah, tetapi apa akibatnya?.
Justru warga yang terkena virus terjadi di lingkungan kompleksnya dibandingkan warga
kampung di luar kompleks. Fenomena ini sungguh menarik, sehingga penulis merasa
penasaran dan mencoba mencari artikel atau jurnal penelitian mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
D.
Mengenal Sel T sebagai Pertahanan
Terakhir Tubuh untuk Menyerang Virus Covid-19
Pada umumnya tatkala seseorang diserang
bakteri maupun virus, maka tubuh akan memberikan reaksi normal guna melumpuhkan
serangan dan mempertahankan diri. Namun jika virus tersebut terlampau kuat,
maka tubuh akan memproduksi sel baru sebagai pertahanan terakhir. Seperti dilansir
pada Halodoc,
sel baru yang diproduksi tersebut disebut dengan sel T. Tubuh akan
memproduksi sel T dengan baik secara menakjubkan guna membunuh virus yang
menyerang.
Nama sel T sendiri berasal dari organ
dimana sel ini berkembang yakni Timus. Timus tersebut berada tepat di
atas hati manusia. Merujuk pada Askabiologist, sel T adalah sejenis sel darah putih yang
bekerja untuk melawan satu jenis virus yang dianggap membahayakan bagi tubuh.
Sel T tersebut bekerja untuk melindungi seluruh sistem yang ada di dalam tubuh
secara langsung dengan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh yang paling
maksimal. Selain itu, sel T berfungsi untuk menyerang zat karsinogenik maupun
virus berbahaya lainnya secara detail dan spesifik.
Ketika tubuh mengetahui adanya ancaman
virus berbahaya, maka sel T secara langsung akan menggandakan diri agar tubuh
tetap mampu menyimpan energi dan bekerja dengan baik untuk membunuh virus covid-19.
Dilansir pada Saintif, produksi sel T ini sama halnya dengan
produksi sel darah putih dan darah merah pada umumnya yakni diproduksi di
sumsum tulang belakang.
Merujuk pada Askabiologist, sel T adalah sejenis sel darah putih
yang bekerja untuk melawan satu jenis virus yang dianggap membahayakan bagi
tubuh. Sel T ini bekerja melindungi seluruh sistem yang ada di dalam tubuh
secara langsung dengan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh yang paling
maksimal. Selain itu, sel T ini berfungsi untuk menyerang zat karsinogenik
maupun virus berbahaya lainnya secara detail dan spesifik. Pada saat sel T
mengetahui adanya ancaman virus berbahaya, maka secara langsung sel T ini dapat
menggandakan diri agar tubuh tetap mampu menyimpan energi dan bekerja dengan
baik untuk membunuh virus corona covid-19.
Sel T dapat menggandakan diri dengan jumlah
sangat fantastis yakni berkisar 25 juta. Sel T ini memiliki jenis yang berbeda,
setiap sel T tersebut memiliki reseptor antigen yang lebih spesifik untuk
membunuh virus corona covid-19 yang masuk ke dalam tubuh manusia. Letak sel T
ini secara spesifik terdapat pada dua jalur sistem yang ada di dalam tubuh
yakni melalui sistem limpa dan pembuluh darah.
Sementara sel darah putih terkumpul dan
menetap dalam sistem limpa guna melawan virus di garda depan pertahanan tubuh,
sel T membantu sel darah putih dengan masuk ke dalam pembuluh darah. Sehingga,
tubuh dapat bereaksi dan menyerang virus corona covid-19 yang masuk dengan
cepat.
E.
Penelitian
Tentang Sel T Dalam Menangkal Virus Covid-19
Baru-baru
ini, ada sekelompok ilmuwan di La Jolla Institute for Immunology (LJI) menyatakan
bahwa dari penelitian menunjukkan bukti adanya kemampuan sel T yang mampu
melawan serangan virus corona SARS-CoV-2. Pola kerjanya sel T, tidak hanya
melakukan serangan pada bagian utama virus yakni protein spike yang berperan
dalam menginfeksi sel inang saat menginfeksi tubuh, tetapi juga melakukan
penyerangan dari berbagai bagian terhadap virus tersebut.
Menurut studi penelitian yang dilakukan Phys
(28/1/2021) bahwa sel T menyerang virus SARS-CoV-2 dari berbagai sudut, karena tubuh
memiliki alat untuk mengenali varian virus SARS-CoV-2 yang berbeda. Penelitian
riset lainnya berdasarkan jurnal Cell Report Medicine (27/1/2021), menjelaskan
secara detail bagaimana protein pada SARS-CoV-2 dapat merangsang respons
terkuat dari sel CD4+ T yang berperan sebagai penolong sistem kekebalan dan sel
CD8+ T yang menjadi pembunuh terhadap virus SARS-CoV-2.
Profesor Alessandro Sette, pemimpin studi penelitian
di La Jolla Institute for Immunology (LJI) bersama Instruktur penelitian Alba
Grifoni, Ph.D. Sette dan Grifoni telah melakukan penelitian tentang respons
kekebalan terhadap virus corona sejak awal pandemi. Ketika beberapa negara melakukan
pemberian vaksin Covid-19 untuk dapat menjangkau lebih banyak ke beberapa orang,
mereka justru berfokus untuk mengawasi bagaimana orang yang berbeda dalam
membangun kekebalan terhadap SARS-CoV-2 dan juga mempelajari bagaimana sel T
dapat memerangi berbagai varian baru virus corona.
Menurut Grifoni, bahwa sistem kekebalan tubuh
pada manusia sangat fleksibel, dengan mengacak kembali materi genetik, tubuh
dapat membuat sel T yang merespons sejumlah besar target, atau epitop pada
patogen. Beberapa respons sel T akan lebih kuat terhadap beberapa epitop
daripada yang lain. Para peneliti menyebut target yang memicu respons sel
kekebalan yang kuat disebut dengan imunodominan.
Sel T tersebut dapat mengenali lusinan epitop
pada virus SARS-CoV-2, dan bagian imunodominan yang dimiliki setiap orang
berbeda-beda. Rata-rata setiap orang dalam penelitian ini, sel T memiliki
kemampuan untuk mengenali sekitar 17 epitop sel CD8+ T dan 19 epitop sel CD4+
T. Tanggapan sistem kekebalan tubuh yang luas ini memiliki beberapa tujuan.
Dalam studi penelitian tersebut menunjukkan bahwa sementara sistem kekebalan
sering meningkatkan respons yang kuat terhadap bagian tertentu dari protein
spike virus yang disebut dominan pengikat reseptor. Sebenarnya, area ini
tidak begitu baik dalam mendorong respons kekebalan yang kuat dari sel T
pembantu CD4+. Namun demikian, tanpa tanggapan sel CD4+ T yang kuat, orang
mungkin akan lambat dalam meningkatkan jenis tanggapan kekebalan penawar yang
dapat dengan cepat menghapus virus Covid-19.
F.
Penutup
Rasanya tak salah jika kita tetap mematuhi kebijakan pemerintah
dalam penanganan wabah virus Covid-19 atau virus
SARS-CoV-2. Penerapan pembatasan sosial secara bersyarat entah dengan PSBB atau
lockdown berskala besar atau mikro bertujuan untuk memutus mata rantai virus
karena bisa menyebar antar manusia. Penyebaran virus tidak hanya melalui
droplet atau cairan mulut saat kita batuk atau bersin, tapi bisa pula lewat
udara saat kita berhubungan (dekat) dekat sipembawa virus (sebagai vector).
Penularan atau virus yang menempel di tubuh mungkin tak terasa ketika
berkondisi tubuh sehat (imun tubuh kuat), namun cukup berbahaya jika terkena
pada orang lain dalam kondisi tidak sehat (imun tubuh melemah) terutama kepada
orang tua (imun tubuhnya lemah) atau yang memiliki penyakit bawaan seperti
asma, hipertensi atau jantung, dsb.
Program pemerintah melalui Satgas Covid-19 harus kita patuhi pula
yakni dengan pola 3M atau 5M yakni menggunakan Masker dimana pun berada, selalu menghimbau
kita, Menjaga jarak saat berhubungan (berkomunikasi dan interaksi)
dengan orang lain dan tidak berkerumun, Mencuci tangan saat kita
bersentuhan dengan sabun atau cairan kesehatan, Membersihkan badan usai
kita berpergian dari luar rumah, Mencuci pakaian atau dipisahkan untuk segera
dicuci usai kita berpergian, dsb. Hal tersebut dilakukan agar virus tidak menempel
ditubuh kita dan terhindar bagi keluarga dirumah.
Beruntung pemerintah kita sudah berusaha untuk melakukan program
vaksinasi kepada masyarakat, karena keterbatasan dana dilakukan kepada kita
secara prioritas. Vaksinansi merupakan metode ilmu kesehatan untuk menstimulasi
(menimbulkan) imun tubuh dengan memasukan virus (yang telah dimatikan),
sehingga jika benar virus Covid-19 menyerang kita maka imun tubuh segera
mengenal dan mematikan ( atau menghambat) virus tersebut, minimal tidak
menularkan kepada orang lain.
Penulis berharap artikel ini tidak dijadikan perdebatan atau bukan
menentang kebijakan pemerintah, yang cukup diberikan jempol, dalam penanganan
wabah virus Coid-19 dengan melakukan pendisiplinan pada masyarakat untuk
menerapkan protokol kesehatan. Uraian tersebut mungkin bisa menjadi jawaban atas
kepenasaran terhadap fenomena suatu daerah kampung yang kontradiktif dalam
penerapan wabah virus. Mungkin saja bisa dianggap kebetulan atau ketidaktahuan
atas kebijakan pemerintah namun mereka masih terselamatkan atas wabah hingga
saat ini, karena daerah tersebut belum dilakukan kajian apakah benar warga
tersebut memiliki sel T yang diperlukan ditubuhnya sehingga mereka memiliki
daya tahan atau imun tubuh cukup kuat sehingga bisa melawan virus dengan cepat
dan responsive pada saat tertular.
Referensi:
1. Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas, “Ilmuwan Buktikan
Kemampuan Sel T Menyerang Infeksi Virus Corona”, Kompas.com, 28/1/2021, Jakarta
2. Farmasetika, Sel T Dari Pasien Covid-19 Yang
Sembuh Berikan Kekebalan Pasien Terinfeksi Virus SARS-Cov2, Farmasetika.com,
3/11/2020.
Komentar
Posting Komentar