Cinta NKRI sebagai Jargon semata!
Cinta NKRI sebagai Jargon semata!
Bukannya mau narsis atau pencitraan..
Atau mungkin terlalu pelit...
Menyempatkan jika pulang mengajak keluarga untuk makan di warung rakyat alias Warteg.
Bukannya mau narsis atau pencitraan..
Atau mungkin terlalu pelit...
Menyempatkan jika pulang mengajak keluarga untuk makan di warung rakyat alias Warteg.
Saya selalu mendidik keluarga untuk berusaha belanja di warung kecil,
makan di restoran atau warung pribumi, beli pakaian atau sepatu di toko
atau pasar rakyat.
Mungkin juga karena penghasilan pas2an sbg pegawai negeri, namun mujarab pula.. Usai dewasa mereka tak pernah menuntut sesuatu yg berlebihan dalam memenuhi kebutuhan dan sikap prihatin. Walau jika mereka memaksa meminta mungkin saja saya mampu untuk membeli baju atau sepatu bermerek dan makan direstoran ternama.
Pembiasaan yg saya tanam kepada keluarga, semata2 saya berharap kepada mereka untuk selalu berpihak kepada rakyat kecil jika mereka kelak menjadi "orang".
Saya teringat waktu kuliah pada dosen yg punya gelar lulusan luar negeri. Namun saat pulang tetap bersikap sama, belanja di pasar tradisional atau makan2 di warung rakyat ketimbang di restoran walau mereka berkecukupan.
Teringat nasehat beliau " tuntutlah ilmu ke negeri cina", belajarlah ilmu pada negeri maju namun janganlah bawa budaya mereka yg tdk sesuai dgn kepribadian kita.
Saya pun pernah baca artikel bgmn negara korea, jepang atau cina Bisa bangkit dan maju. Karena mereka mencintai budaya dan negaranya.
Warga korea selalu membeli produk2 negaranya ketimbang negara lain, walau pun lebih mahal. Karena mereka sadar, kalau bukan mereka sendiri ... Tidak mungkin perusahaan bisa maju dan berkembang pesat.
Saya pun merasa masygul, melihat para pejabat atau komentator di televisi/koran atau medsos elektronik yg terasa kontradiktif antara kata & sikap saat diskusi tentang mencintai negara terhadap budaya atau produk sendiri.
Bukannya saya alergi atau saya maklumi jika kita terpaksa beli/gunakan produk atau teknologi luar karena memang kita belum mampu memproduksinya.
Atau sekedar alasan wajar khan beli yg kualitas dan harga terbaik.
Kalau bukan kita yg mencintai produk sendiri... Siapa lagi?. Justru dengan membeli, akan memajukan perusahaan negeri sendiri agar bisa mandiri dan bersaing dengan negara lain.
Mungkin kita berpikir dan merasa tdk signifikan atas kontribusi yg kita berikan ( dgn berbelanja untuk produk negeri sendiri).
Namun jika kita punya niat dan tekad yg sama untuk mencintai negeri, tidak sevatas jargon atau koar-koar tanpa pernah mewujudkan dalam sikap nyata.
Lebih sedih lagi...
Ada yg diam2 rela membeli mata uang asing karena lemahnya mata uang rupiah demi kepentingan pribadi....
Ataukah kita selalu berharap dan berdo'a bahwa pasti masalah negeri akan terbantu dari negara asing tanpa pamrih?
Atau dengan sikap santai kita..
Toh masalah yg terjadi, nanti juga terselesaikan sendiri????...
Mungkin juga karena penghasilan pas2an sbg pegawai negeri, namun mujarab pula.. Usai dewasa mereka tak pernah menuntut sesuatu yg berlebihan dalam memenuhi kebutuhan dan sikap prihatin. Walau jika mereka memaksa meminta mungkin saja saya mampu untuk membeli baju atau sepatu bermerek dan makan direstoran ternama.
Pembiasaan yg saya tanam kepada keluarga, semata2 saya berharap kepada mereka untuk selalu berpihak kepada rakyat kecil jika mereka kelak menjadi "orang".
Saya teringat waktu kuliah pada dosen yg punya gelar lulusan luar negeri. Namun saat pulang tetap bersikap sama, belanja di pasar tradisional atau makan2 di warung rakyat ketimbang di restoran walau mereka berkecukupan.
Teringat nasehat beliau " tuntutlah ilmu ke negeri cina", belajarlah ilmu pada negeri maju namun janganlah bawa budaya mereka yg tdk sesuai dgn kepribadian kita.
Saya pun pernah baca artikel bgmn negara korea, jepang atau cina Bisa bangkit dan maju. Karena mereka mencintai budaya dan negaranya.
Warga korea selalu membeli produk2 negaranya ketimbang negara lain, walau pun lebih mahal. Karena mereka sadar, kalau bukan mereka sendiri ... Tidak mungkin perusahaan bisa maju dan berkembang pesat.
Saya pun merasa masygul, melihat para pejabat atau komentator di televisi/koran atau medsos elektronik yg terasa kontradiktif antara kata & sikap saat diskusi tentang mencintai negara terhadap budaya atau produk sendiri.
Bukannya saya alergi atau saya maklumi jika kita terpaksa beli/gunakan produk atau teknologi luar karena memang kita belum mampu memproduksinya.
Atau sekedar alasan wajar khan beli yg kualitas dan harga terbaik.
Kalau bukan kita yg mencintai produk sendiri... Siapa lagi?. Justru dengan membeli, akan memajukan perusahaan negeri sendiri agar bisa mandiri dan bersaing dengan negara lain.
Mungkin kita berpikir dan merasa tdk signifikan atas kontribusi yg kita berikan ( dgn berbelanja untuk produk negeri sendiri).
Namun jika kita punya niat dan tekad yg sama untuk mencintai negeri, tidak sevatas jargon atau koar-koar tanpa pernah mewujudkan dalam sikap nyata.
Lebih sedih lagi...
Ada yg diam2 rela membeli mata uang asing karena lemahnya mata uang rupiah demi kepentingan pribadi....
Ataukah kita selalu berharap dan berdo'a bahwa pasti masalah negeri akan terbantu dari negara asing tanpa pamrih?
Atau dengan sikap santai kita..
Toh masalah yg terjadi, nanti juga terselesaikan sendiri????...
Komentar
Posting Komentar