Bingkisan Lebaran Hasil Reunian: Prinsip marketing 4 P Ala Porter Bisa Diterapkan Bagi Pegawai
Dalam
kondisi wabah virus Covid-19 yang belum juga kunjung usai, menginjak tahun
kedua suasana lebaran dengan kemeriahan sempat terganggu, terutama tradisional
mudik untuk saling bersilaturahim dengan sanak saudara atau teman lama. Dengan
demikian acara berbagai pertemuan terpaksa sebagian besar ditiadakan atau
melakukan silaturahim dengan menggunakan teknologi komunikasi terkini entah
dengan aplikasi zoom atau google.meet, dan lainnya.
Demikian
halnya dengan kami, untuk melepas rasa kangen dan rindu bersama kekawanan
alumni silaturahim di suasana lebaran atau hari raya idul fitri dilakukan melalui
media virtual dengan menggunakan aplikasi teknologi google,meet. Di layar kaca
entah di Hand Phone (HP) maupun laptop, ternampak wajah-wajah kawan yang lama
tak jumpa. Dalam suasana lebaran, berseliweran ucap kata saling memafkan, bertanya kabar diri atau keluarga maupun
sekedar mengenang kisah lama saat masih di sekolah dengan kelucuan, lempar tawa
canda dan lainnya. Akhirnya mulai terlibat dengan pembicaraan serius tentang kisah
sukses beberapa kawan entah sebagai wiraswasta atau pengusaha, pegawai atau
pejabat baik di swasta atau negeri, bahkan ada pula sebagai konsultan,
entertainment atau motivator, obrolan serius salah satunya sebagai berikut:
Catatan
pertemuan by zoom meeting (Kumpul Bocah 1386 tanggal 15/5/2021):
·
Bersyukur
gue dapet ilmu bagus dari dua bos entreprenership (pengusaha). Dengan gratis
mau bagi success told story ( kisah kesuksesan) bagaimana membangun bisnis
(kalau ikut seminar bisa bayar mahal nih). Yang satu, berkisah dengan intinya
adalah kalo mau sukses lu harus mau nyeburin kaki di lahan bisnis yang
dibangun. Biar lo tahu (paham) seluk beluknya untuk belajar menjadi sukses.
Yang satu lagi, karena udah paham, Dia bisa jadi mandor cuma ngawasi doank
tanpa perlu nyebur lagi dilahannya.
·
Dari
buku yang gue baca, ini tentang agency theory yakni hubungan antara
principal dan agen (hubungan majikan dan
bawahan). Kontradiksi ya?, apakah yg pertama gak percaya bawahan dibanding bos
yang satu lagi. Semuanya benar, karena karakteristik bisnisnya berbeda. Yang
pertama, ciri bisnisnya adalah skala kecil dan sederhana plus pelibatan orang
(karyawan sedikit) sehingga gak perlu pola manajemen serius (walau terpola).
Yang satu lagi sebaliknya, bisnisnya merupakan salah satu bagian dari
organisasi besar yang terstruktur. Sehingga pola manajemen sudah dibuat secara
standar untuk diterapkan. Maksudnya walau berskala kecil, bos yang satu tidak
dapat meng-kreasi (created) bisnisnya, harus nurut pakem (ada SOP atau prosedur
standar operasional-nya).
·
Kalau
gue buat tulisan, bisa jadi buku nih dengan mengupas aspek lainnya seperti
karakter bisnis dengan teori 3 pilar yakni : SDM, struktur organisasi dan
system atau aspek lainnya. Tapi satu hal yang bisa jadi pelajaran dari diskusi
ini: passion itu penting, cintailah apa yang kita kerjakan saat ini agar kita
focus agar bisa mencapai kesuksesan dibidang masing-masing. Contek pola kerja
dan pola pikir plus semangat buat motivasi kita.
Pertemuan
reuni dengan kawan lama dan terjadi pembicaraan serius ketika seorang kawan
yang bercerita tentang kisah suksesnya sebagai pengusaha kuliner dan pengusaha
bengkel otomotif, mereka mencoba berbagi pengalaman dan berharap menjadi
motivasi bagi teman lainnya. Dari diskusi tak terarah kedua pengusaha tersebut,
penulis mencoba mengikhtisarkan kesuksesan mereka secara sekilas dari sudut prinsip
marketing ala Porter.
Kekuatan
bisnis sesuai prinsip marketing ala Michael Porter yang terkenal dengan 4 P-nya
yakni Price, Place, Product dan Promotion. Nah untuk bos kuliner yang satu ini,
karakter bisnisnya membangun bisnis untuk level menengah sehingga lebih fokus
pada lokasi yang strategis (Place) dan sensitivitas harga (Price). Banyak UKM
yang mampu bertahan dalam kondisi wabah saat ini karena kekuatan dengan
penerapan low price (harga murah) dan itu bisa dilakukan karena mereka tidak
memiliki cost of capital (biaya investasi) tinggi. Jika mereka lakukan investasi
tinggi, dia harus bebankan biaya kapital sebagai fix cost pada harga produknya.
Itulah kenapa perusahaan besar tidak berani menerapkan harga murah (tapi harga
wah). Dengan harga wah (mahal atau harga premium) akan dibeli pelanggan karena
perusahaan akan menambah biaya promosi (iklan). Contoh ekstrim, pisang goreng
dengan harga Rp 15 ribu akan dibeli jika ada artis yang makan produk tersebut
dalam iklannya.
Demikian
dengan lokasi, UKM kuliner akan mencari lokasi strategis lebih fokus pada
dimana banyak orang lewat dibandingkan harus menyediakan parkir. Karena mereka
telah membungkus produk sedemikian rupa agar praktis bisa dibawa (take and
carry), minimal dengan metode drive-through jika pelanggan gunakan kendaraan.
Dan berbeda dengan pengusahaan resto besar, mereka akan fokus sediakan parkir
dan tempat yang nyaman untuk duduk berlama-lama dengan menampilkan sajian menu
dan suasana ruangan yang menarik.
Berikutnya,
akan berbeda cerita atas sharing-experience seorang teman sebagai pengusaha
bengkel. Sebenarnya bisnis keduanya tetap memegang 4P dari saran ahli pemasaran
Prof, Michael Porter, namun fokusnya yang berbeda. Karena bisnis bengkel sudah
terpola atau seragam termasuk pelangganya, maka semua proses bisnis sudah
memiliki pakem atau SOP (prosedur operasional standar) dari perusahaan besar
yang menaunginya. Oleh karenanya manajemen yang dikelola adalah harus mampu
membaca spare-part yang dibutuhkan pelanggan yang mengalami kerusakan, dan
kepercayaan memperoleh ketersediaan spare-part dari distributor. Dengan
demikian mereka akan memperoleh diskon internal dari distributor atau pabrikan
tersebut sebagai keuntungannya.
Jadi
jangan dicampur adukkan kedua bisnis tersebut, model kesuksesan pengusaha
bisnis kuliner dengan bengkel memiliki karakter bisnis yang berbeda. Misal,
jangan pernah berikan harga service yang murah kepada pelanggan dengan harapan
akan banyak pelanggan. Justru pelanggan akan curiga, jangan2 kualitas
spare-part yang diberikan mutunya rendah. Tetapi jagalah pelanggan dengan
memberikan pelayanan nyaman seperti ruang tunggu atau berikan kopi dan siapkan
majalah plus wifi gratis agar mereka betah menunggu walau mengantri saat
kendaraannya di-service. Dan sebaliknya, untuk UKM atau bisnis kuliner level
menengah, justru kecepatan pelayanan sebagai unggulan, jangan sampai pelanggan
marah karena terlalu lama antri dan meninggalkan pesanannya.
C. C. Prinsip marketing 4 P ala Michael
Porter
Dalam dunia bisnis, istilah marketing
atau pemasaran sudah dikenalkan oleh Neil Borden sejak tahun 1950 yang dikenal
dengan strategi pemasaran 4 P. Kemudian pada tahun 1960-an, Jerome Mc Carthy
mencoba mengembangkan menjadi model 7 P, ada pula mengusulkan 5P atau 8 P dan
lainnya. Namun dari kesemuanya, Prinsip marketing 4 P masih menjadi model yang
disukai, prinsip dasar 4 P adalah Product (produk), Price
(harga), Promotion (promosi), dan Place (tempat).
Hal pertama, Product (Produk), Produk adalah jantung
pemasaran karena semua aktivitas pemasaran dimulai dengan produk. Produk
bukanlah bentuk fisik semata saja, tetapi bisa berbentuk tidak berwujud seperti
layanan, kepribadian, organisasi, dan ide. Tanpa suatu produk, kita tidak
memiliki harga, promosi atau tempat. Karenanya, dari semua 4 P, Produknya
adalah yang paling elemental. Di sini,
penting untuk memahami hubunngan tentang produk dan bauran pemasaran. Bauran
produk adalah seluruh rangkaian produk yang ditawarkan perusahaan kepada
pelanggannya. Keputusan mengenai bauran produk akan bergantung pada banyak
faktor antara lain: Rancangan, Fitur, Nama merk, Variasi produk, Kualitas, Jasa,
dan Pengemasan, pengembalian, dll.
Hal kedua, Price (Harga), Harga adalah nilai
moneter yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh atau memiliki produk
suatu perusahaan. Ini adalah komponen penghasil pendapatan yang penting bagi
perusahaan.
Keputusan penetapan harga harus diambil dengan sangat hati-hati, karena ini adalah
pedang bermata dua. Jika produk Anda dihargai terlalu tinggi, produk Anda
mungkin akan memberikan kesan berkualitas tinggi. Pada saat yang sama, ini akan
membuat produk Anda ditempatkan di toko terbatas dan. Jadi, pemasar harus tahu
seni menggunakan penetapan harga yang tepat. Keputusan bauran harga perlu
mempertimbangkan variabel pemasaran meliputi: Metode penetapan harga;
kebijakan; strategi, Benefit, Diskon, rabat, Periode pembayaran, dan Kebijakan
kredit.
Berikutnya, Promotion (Promosi), Salah satu strategi
pemasaran 4P ini bertujuan untuk melayani dua tujuan. Pertama, memberi tahu
calon pelanggan tentang produk Anda dan kedua, membujuk mereka untuk membeli
produk Anda. Strategi promosi dengan demikian akan mencakup berbagai cara yang
dapat kita gunakan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Bauran promosi yang
efektif akan memastikan penjualan yang baik dan pemasar harus berusaha untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif. Elemen utama bauran promosi adalah: Periklanan,
Penjualan pribadi, Hubungan Masyarakat, Pemasaran langsung, Publisitas -media
sosial, cetak, dll.
Dan terakhir, Place (Tempat) atau Distribusi, Tempat atau distribusi
fisik berkaitan dengan pengalihan kepemilikan produk dari produsen ke
pelanggan. Margin keuntungan Anda bergantung pada seberapa cepat Anda dapat
menyerahkan barang. Semakin cepat produk mencapai titik penjualan, semakin
besar kemungkinannya untuk memuaskan pelanggan dan meningkatkan loyalitas
merek. Karenanya, faktor Tempat sangat penting dalam memastikan daya saing
produk Anda di pasar. Elemen campuran distribusi adalah: Saluran distribusi, Keputusan
pergudangan, Penanganan produk, Logistik, Kontrol inventaris, dan Proses
pemesanan.
D. D. Penerapan Metode Marketing Porter Pada
Pegawai
Nah
dalam diskusi dan temu kangen dengan kawan Reunian walau secara virtual,
ternyata ada juga terlihat wajah bosan beberapa teman mendengar celotehan kawan
yang sukses. Padahal diskusi tersebut cukup menarik, cuma mereka yang tidak
berlatar belakang bisnis menjadi jemu mendengarnya karena tidak relevan. Padahal
4 P dari teori Porter bisa juga diterapkan oleh kita selaku pegawai, entah
pegawai swasta kantoran atau pekerja pabrik, maupun pegawai negeri atau ASN.
Cuma lahan dan karakternya sedikit berbeda dan harus disimilarkan kondisinya
dengan dunia kerja kita.
Place, memang sebagai pegawai kita tidak
bisa memilih untuk mencari tempat strategis seperti bisnis pengusaha. Tapi kita
bisa menyulap place menjadi palace (istana),
jadikan tempat kita bekerja senyaman mungkin agar betah bekerja seolah istana
(palace). Tidak perlu berpikir muluk, buatlah perubahan dengan hal-hal kecil.
Misalnya, merubah tata letak sesuai dengan keinginan agar terasa nyaman.
Hubungan dengan teman sejawat (termasuk atasan-bawahan) itu juga mendukung
lingkungan (environment) agar tercipta suasana kerja yang kondusif. Dengan menebar
pesona senyum, itu khan tidak perlu modal besar, atau saling membantu dan
bertanya jika ada kesulitan dalam melaksanakan tugas. Itu akan meningkatkan
performance kita bekerja, minimal bisa menyingkat waktu-tuntas dari tenggat
waktu pelaksanaan tugas.
Price, lho memang kita pegawai harus jual
apa koq ada harganya?. Jangan salah duga, bukan berarti kerja kita harus
diuangkan (apalagi dijadikan pungli). Price itu bisa juga diartikan harga
kinerja kita bagi perusahaan. Gimana sih, khan gaji dan tunjangan sudah seragam
ditetapkan oleh perusahaan?. Memang benar, tapi uang yang dibawa masing-masing
(take home pay) bisa berbeda. Ada perusahaan yang menetapkan kinerja pegawai
berdasarkan performance dengan indikator atau kondisi tertentu. Misal, jika
mencapai target yang ditetapkan (entah dari sales penjualan, kontrak proyek,
dsb) atau lebih cepat dari tenggat waktu (dead-line) kita akan mendapatkan
bonus.
Product, Nah disini ada kontradiksi, harga
kerja kita justru harus lebih mahal dari kawan lain untuk menunjukkan
performance kita lebih baik. Atau bagi perusahaan, kita membuat sesuatu
bagaimana kerja lebih efisien bagi perusahaan, sehingga kita akan mendapat bonus
perusahaan nantinya. Nah cobalah untuk selalu berpikir tentang bagaimana hasil
kerja sebagai produk agar memiliki nilai tambah (added-value) bagi perusahaan.
Bahkan, kalau bisa lakukan kreasi atas hasil kerja sedikit berbeda (distinctive
product). Misalnya, fokuslah dengan pekerjaaan sehingga anda menjadi lebih
ahli, hasil kerja kita dijadikan acuan bagi pegawai lainnya. Dengan demikian
penghargaan dari Boss atau Atasan akan berbeda. Bagaimana pak dengan PNS, khan
gaji tetap sama?. Memang benar, tapi karena kita ahli atau spesialis, maka kita
sering diajak rapat dengan pimpinan, itu bisa jadi acuan menjadi cepat
dipromosikan. Atau sering diajak tugas luar, minimal kita mendapat penghasilan
lebih, dan lain sebagainya.
Promotion, nah promosi yang dimaksud bukan
hanya mendapat jabatan lebih tinggi saja. Tapi bagaimana kita menjual diri
(self-selling) kepada perusahaan atau kantor dimana kita bekerja. Artinya
bagaimana kita bisa lebih dikenal. Dengan mendapat penghargaan sebagai pegawai
teladan atau berprestasi dalam bidangnya itu juga merupakan sarana promosi. Biasanya
setiap tahun instansi atau perusahaan selalu mengadakan sayembara atau
pemilihan pegawai teladan seperti itu. Nah cobalah untuk lebih bersemangat
dalam bekerja, sehingga kita dapat menjadi tauladan bagi yang lainnya.
E. Epilog
Nah
itulah sekilas gambaran hasil diskusi menarik dalam pertemuan reuni dengan
kawan lama. Prinsip marketing 4 P ala Michael porter tidak hanya berlaku dalam
bisnis, tetapi bisa juga diterapkan bagi kita sebagai pegawai, entah pegawai
swasta atau pegawai negeri dengan indikator kinerja/performance yang ditetapkan
karena bertalian langsung (relevan) dengan hasil kerja. Jika kita sebagai pegawai
negeri atau ASN berharap tidak lagi berparadigma PGPS model lama yakni Pintar Goblok
Pendapatan Sama, itu yang selalu mematikan motivasi kita sebagai pegawai. Paradigma
lama tersebut, menyebabkan banyak pegawai yang mencoba-coba menyimpangkan
kewenangan dalam bekerja, entah lakukan pungli (pungutan liar) atau sekedar
menjual kertas HVS atau persediaan kantor lain dengan alasan kebutuhan ekonomi.
Tapi geserlah paradigma tersebut menjadi PGPS terkini- Pendapatan Government
Pemikiran Swasta, sehingga kinerja kita meningkat dan akan mempengaruhi motivasi
dalam bekerja sehingga akan meningkatkan performance atau hasil kerja menjadi
lebih baik.
Referensi:
Strategi
Pemasaran 4P, Marketing Manajemen, www.accurate.id
Komentar
Posting Komentar