Kecerdasan Buatan di Era 4.0: Ancaman Atau Peluang bagi Auditor?

Artificial Intelligence (AI): Ancaman Atau Peluang bagi Auditor?

Oleh: Subroto

A. Pengantar:
Seiring dengan munculnya pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang bergerak semakin cepat, bahkan mengalami kemajuan pesat dalam implementasi di setiap bidang kehidupan manusia, mulai dari perawatan kesehatan, pendidikan, hingga kontrol iklim dan hasil panen. Dengan menggabungkan kecerdasan buatan dan kecerdasan alami manusia, potensi individu dapat menjadi lebih maksimal dan memungkinkan pencapaian yang luar biasa.

Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo merasa sangat antusias dengan adanya Revolusi Industri 4.0 dan beliau begitu optimis bahwa transformasi di Indonesia akan mengarah kepada pembukaan banyak lapangan pekerjaan dibandingkan menghilangkan. Revolusi Industri 4.0 diharapkan dapat menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh. Dengan demikian, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, harus bersiap untuk itu.

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga melihat implementasi Industri 4.0 sebagai peluang bagi Indonesia untuk masuk ke dalam jajaran sepuluh besar ekonomi global pada tahun 2030 dengan akan adanya peningkatan ekspor. Lebih lanjut, ia menekankan akan pentingnya menjaga pertumbuhan ekonomi inklusif yang terbagi rata untuk semua lapisan masyarakat.

Ini membuktikan bahwa kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi untuk membantu masyarakat dalam mengatasi beberapa tantangan-tantangan yang paling menakutkan. Tetapi, potensi ini hanya dapat dimaksimalkan jika proses pengumpulan, penyatuan, dan pembagian data dilakukan dalam skala besar.

B. Dampak Kecerdasan buatan dalam Dunia Auditor

Pada awal tahun 2017 Mark Zuckerberg pun tidak pernah berhenti membicarakan Kecerdasan buatan. Bahkan, Ralph Haupter, Direktur Microsoft Asia mengatakan bahwa tahun 2018 ini, kita mulai terdampak adanya Artificial Intelligence (AI)  segenap sektor kehidupan.

Gagasan yang menyatakan bahwa komputer memiliki jumlah “kecerdasan” tertentu itu bukanlah hal baru, kata Haupter, merujuk pada tahun 1950 ketika pionir komputer Alan Turing mempertanyakan apakah mesin dapat berpikir. Berarti sudah hampir 70 tahun lamanya waktu yang digunakan agar faktor kombinasi yang tepat dapat digabungkan untuk mengubah Kecerdasan buatan dari konsep menjadi suatu kenyataan yg dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.


Adanya cara berpikir yang baru bahwa Kecerdasan buatan dapat membantu Auditor melakukan tugas2 klerikal yang memakan waktu, meringankan pekerjaan akuntan yang memerlukan pemikiran berat dan untuk memberikan keputusan profesional pada hal yang lebih kompleks.

Hampir sebagian besar orang beranggapan bahwa keberadaan Kecerdasan buatan akan mengambil alih pekerjaan manusia dan akan mengurangi lapangan kerja. Tapi disisi lain, sebagian orang justru beranggapan bahwa adanya kecerdasan buatan justru akan banyak muncul lapangan kerja baru.

Selama ini timbul kekhawatiran dan ketakutan bahwa Kecerdasan buatan atau Artifisial Intelijen (AI) – mesin pintar yang bekerja dan bereaksi seperti manusia dan juga mempunyai kemampuan belajar sendiri – akan mengubah peran dari akuntan.

Sekarang ini, banyak perusahaan yang telah berinvestasi pada Artificial Intelligence sehingga mereka dapat menjadi barisan terdepan dari teknologi ini.

Bagaimana pendapat para akuntan mengenai evolusi dari otomatisasi dan software analisis data menjadi semuanya berbasis AI? Hal ini bukanlah tentang bagaimana robot akan mengambil alih ekonomi tetapi bagaimana ia akan membawa perubahan.
Mungkin dibawah ini akan diuraikan dampak adanya Kecerdasan buatan dalam dunia akuntan.

1. Auditing

Perusahaan Akuntan Publik terbesar yakni KPMG merasa diuntungkan adanya mesin pintar – supercomputer Watson – dimana perusahaan Australia ini telah mendatangi perjanjian dengan IBM untuk menggunakan sistem kognitif ini.

Melalui integrasi machine learning dan teknologi Atificial Intelligence yang lainnya, supercomputer Watson tersebut dapat memeriksa dengan teliti ribuan halaman kontrak atau dokumen dan dengan cepat meringkasnya. Ia dapat memeriksa data debit dan kredit yang masuk, lalu menganalisa populasi data yang lebih besar dibandingkan sampling tradisional, menghemat waktu auditor untuk dapat fokus ke area yang membutuhkan keputusan penting dan keahlian spesifik.

Ken Reid, manajer nasional di KPMG Australia, mengatakan bahwa adanya software spesialisasi tersebut telah mengotomatisasikan banyak struktur data yang berhubungan dengan tugas audit.

Bahkan perusahaan lain seperti Deloitte, telah mengikuti jejaknya dan bekerja sama dengan salah satu platform machine learning, yaitu Kira Systems untuk mengubah kontrak dan review dokumen.

Meskipun adanya ketakutan akan adanya hilang pekerjaan, Reid percaya bahwa komputer Watson sebagai aplikasi Kecerdasan buatan tersebut akan meringankan banyak pekerjaan para Akuntan yang akan mengerjakan beberapa pekerjaannya dengan supercomputer dan akan menghasilkan sesuatu yang lebih inovatif dan mutakhir. 

2. Manajemen risiko

Kemampuan untuk fokus pada angka dan data, sektor akuntansi – dan area seperti manajemen risiko, khusunya – merupakan area utama yang diminta bantuan para Akuntan kepada mesin Kecerdasan buatan.

“Tugas apa pun yang kebanyakan dilakukan berulang terbuka untuk diubah,” kata Mohit Sharma, direktur pelaksana dari Mindfields, sebuah perusahaan advisory.

Seperti Uber yang telah mengubah konsep transportasi mobil, dia mengharapkan lebih dan akan lebih banyak perusahaan teknologi untuk berbagi asetnya kepada perusahaan lain dalam berbagai skala, memungkinkan mereka untuk dengan mudah mengakses teknologi terbaik dalam sistem pembayaran per pemakaian atau dalam biaya yang relatif murah.

Demikian halnya, Area manajemen risiko sangat cocok kemampuan komputerisasi karena kasus – kasus curang dapat terlewatkan pada tumpukan struktur data atau kejadian yang ambigu.

Dengan mesin cerdas tersebut, melalui language processing menggunakan algoritma dapat menganalisa teks dan mengungkap perbedaan pada pembayaran pajak misalnya.

3. Rekonsiliasi

Provider berbasis Cloud seperti startup software akuntansi Jerman SMACC telah menggunakan Kecerdasan buatan untuk melakukan tugas – tugas otomatisasi, seperti pengolahan faktur (invoice), di tingkat yang berbeda. Struk untuk konsumen dapat dijadikan format yang dapat dibaca oleh mesin, terenkripsi lalu dialokasikan ke sebuah akun. Platform yang digunakan juga dapat belajar dengan sendirinya sambil melacak faktur, penjualan dan data biaya.

Annie Flannagan, pendiri dari Better Business Basics, yang telah melakukan pembukuan otomatis untuk bisnisnya, mengatakan bahwa tidak ada keraguan terhadap akurasi di sektor akuntansi mereka.

“Sering kali kita melihat dan menganggap AI sebagai teknologi untuk efisiensi dan otomatisasi,” kata Flannagan.
Padahal kecerdasan buatan merupakan suatu pengetahuan, dan tidak sekedar sebuah mesin pengolah data, dan keuntungan yang akan didapat oleh klien akuntan akan meningkat dengan mengambil alih berbagai sistem software dan memungkinkan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain melalui sistem integrasi data.

Meskipun AI sepertinya membuka lapangan kerja daripada menutup lapangan kerja, Flannagan mengatakan perusahaan akuntansi harus memfasilitasi berbagai pekerjaan untuk orang yang memiliki keahlian dan fleksibilitas untuk menyesuaikan perkembangan teknologi yang terus berubah.

“Anda tidak perlu memutuskan hubungan kerja seseorang, tetapi anda mengingatkan mereka. Jika anda berada di bagian keuangan yang anda harapkan akan statis, bagian tersebut tidak akan ada lagi di masa depan.”

4. Pelaporan Keuangan

Perusahaan akuntansi sepertinya telah menyesuaikan sistem dengan beberapa bank – bank besar yang telah menggunakan teknologi AI untuk tetap dapat beroperasi dalam peraturan yang terus berubah.

AI memungkinkan para Manajer keuangan, mengatur data mengenai portofolio investasi dengan regulasi sekaligus peraturan dalam organisasi. Juga ada kemampuan untuk tetap menjadi yang teratas pada keadaan peraturan pajak yang terus berubah dan melacak transaksi mencurigakan lebih cepat pada area – area seperti pencurian properti intelektual dan klaim insuransi.

Sebagaimana machine-learning terus berkembang, para klien akan mendapatkan akses ke data berbasis pengetahuan dalam jumlah besar dengan meningkatnya keterjangkauan harga.

“Keuntungan yang sebenarnya dari pertumbuhan teknologi seperti ini adalah berkurang nya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen,” kata Sharma.

Dia mengatakan bahwa naiknya AI akan melengkapi evolusi para akuntan dari hanya pengolahan data menjadi nilai apa yang bisa diberikan oleh penasehat keuangan.

5. Analisis trend

Mungkin aspek yang paling menyenangkan dari teknologi kognitif untuk para akuntan adalah kemampuan untuk menunjukkan wawasan sehingga dapat menginformasikan keputusan strategis dan operasional untuk para klien.

AI dan machine learning akan memungkinkan mereka untuk mengumpulkan sekumpulan data yang kompleks dan besar dan membuat prediksi dengan kualitas tinggi dari data tersebut, berpotensi memberikan kepada klien nilai tersendiri pada bisnis mereka.

Flannagan mengatakan informasi seperti ini, diikuti dengan jasa pemberi patokan dalam waktu nyata yang menolong bisnis untuk membandingkan bagaimana mereka akan bertindak melawan saingan mereka dan industri yang sama, dapat menjadi sebuah game-changer untuk bisnis yang lebih kecil yang sebelumnya tidak memiliki akses ke teknologi seperti ini. “Itulah dimana anda mulai untuk menjadi lebih cerdas, daripada membandingkan diri anda dengan diri anda sendiri juga,” katanya.

Sementara, sebagaimana para akuntan di KPMG berkenalan dengan rekan kerja baru mereka Watson, Reid mengatakan bahwa fokus yang yang lebih luas adalah pada bagaimana analisis data menggunakan supercomputer dapat mengubah cara keputusan bisnis yang kritis dibuat. Dia mencatat bahwa Watson bahkan memiliki kapasitas untuk menilai perasaan dan nada yang ada dalam komunikasi seperti voicemails.

C Penutup
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) memang sangat membantu kita dalam satu sisi karena dapat mengefisien dan mengefektifkan pekerjaan, dapat memaksimal dan optimalkan sumberdaya, bahkan melakukan proses kegiatan yang bersifat klerikal sekalipun dalam skala besar.

Namun demikian, dalam hal tertentu kecerdasan buatan Patut kita perhatikan dengan masalah etika yang timbul berkaitan dengan akses, keamanan, privasi maupun transparansi.

Para pengguna tidak akan menggunakan solusi dengan teknologi Kecerdasan buatan jika mereka tidak percaya bahwa solusi yang ditawarkan AI tersebut dapat memenuhi standar terkait keamanan, privasi dan keselamatan.

Adanya faktor Privasi dan keamanan berarti harus mematuhi UU privasi berkenaan dengan informasi pribadi seseorang misalnya.

Sedangkan transparansi dilakukan dengan memberikan informasi tentang cara kerja sistem kecerdasan buatan tersebut kepada masyarakat yang berdampak tidak merugikan kepentingan umum.

Dengan demikian kita Berharap bahwa Adanya Kecerdasan buatan berimplikasi positif bagi kehidupan kita di masa depan. Walau tak dapat dipungkiri bahwa adanya ekses negatif bagi sebagian karena Kecerdasan buatan akan menghilangkan beberapa lapangan kerja tertentu, namun demikian banyak peluang yang ditimbulkan.

Referensi:
1. Redaksi Revolusi: Penerapan Industri 4.0 Didukung Kecerdasan Buatan (AI), revolusi.news, Wartawan Ekonomi, Jakarta, 6/5/2018.

2. Indonesia Dipersimpangan Jalan Tahun 2030: Bangkit atau Bubar? , Irfan L Sarhindi, Pengasuh Salamul Falah, Lulusan University College London, Jakarta, 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Auditor: Mengungkap Modus Operandi Pemeriksaan Dari Ketidaksengajaan

Cerpen Auditor : Mungkinkah Menyelamatkan Perusahaan Dari Analisis Teori Kebangkrutan?

Kisah Dibalik Kesuksesan Bergulirnya Kembali Kompetisi Sepakbola di Tanah Air