Danau dan Taman Kota di Wilayah Urban: Simbiosis Mutualisme Antara Wisata Lokal dan Pengontrol Limbah Dari Lingkungan
A.
Pengantar
Cakbro memang terlambat
demam Gowes, Itu pun karena kebaikan hati seorang teman akrab yang
menghadiahkan sepeda (ternyata cukup mahal bagi kantong Cakbro), lantaran
tertarik saat dia upload sepeda terbaru yang matching warna dengan mobil
kesayangannya. Selain itu, senang melihat kekawanan bermain sepeda entah dengan
klubnya menjelajah kota saat liburan. Laksana anak kecil, dengan mainan baru Cakbro
pun mulai giat menggowes sepeda di hari libur ke pusat keramaian kota. Hal
tersebut juga sepadan dengan kondisi waah virus saat ini, bahwa kita perlu meningkatkan
imun sebagai penangkal salah satu dengan berolahraga untuk membugarkan tubuh.
Walau usia
jelang uzur, secara single fight mencoba gowes sepeda menapaki jalan kitaran
rumah hingga ke beberapa lokasi wisata terdekat di kisaran wilayah Bekasi. Berkat
bantuan sohib IT canggih yang serba tahu segala yakni mbah Google Map, dia
mampu mengantar kemana pun daerah yang kita inginkan. Jiwa petualang yang
sempat terbenam mulai timbul kembali, maklum saat kuliah sempat berkecimpung di
dunia pencinta Alam, ternyata banyak lokasi wisata murah dan unik di sekitar
Bekasi yang belum sempat dikunjungi. Mengapa Cakbro bergowes sendirian dan
tidak bergabung dengan klub sepeda teman, lantaran mereka memiliki level
jangkauan daerah yang cukup jauh. Dengan bersepeda lonely, kita bisa berhenti
semaunya untuk istirahat atau dikenal metode goweser, gowes geser-geser.
Ha..ha..ha.
B.
Hiburan Masyarakat Dari Cabin Fever Karena
Wabah Covid
Adanya wabah virus COVID-19 yang
melanda negeri kita, wabah dari mutasi penyakit terbaru, membuat kita bingung
untuk mengatasi. Rebakan wabah pun tak
terkendali hingga ke pelosok penjuru dunia, berbagai informasi yang
berseliweran di media kabar mencoba mencari sebab dan solusi, namun tiada obat
mujarab muncul, hingga pemimpin dunia pun ikut bingung untuk antisipasi wabah
tersebut, tak terkecuali pemimpin negeri kita dengan beragam kebijakan dan kegiatan
untuk mengatasi serasa terbuncah tak beraturan. Banyak istilah kebijakan yang
diterapkan mulai dengan lokdonisasi secara total atau regional, pembatasan
kegiatan dengan kondisi tertentu, bahkan dengan penerapan jam malam dengan
sanksi yang cukup memberatkan pun pernah dilakukan.
Kebijakan pemerintah untuk
meminta masyarakat mengurangi aktivitas kegiatan dengan menerapkan Protokol
Kesehatan secara ketat dengan 3 M atau 5M yakni Mencuci tangan, Memakai Masker,
Menjaga Jarak, dan ditambah Menghindari kerumunan serta Melarang kegiatan yang
ciptakan keramaian/kerumunan jika tak penting. Namun kondisi negeri yang
terjadi justru tidak semakin membaik, adanya penerapan ketat atau pembatasan
aktivitas masyarakat tak membuahkan hasil sesuai harapan, karena dari beragam
media informasi maupun media sosial masih terpampang angka korban cukup
signifikan karena virus flu super hebat tersebut.
Kondisi yang penuh
ketidakpastian, stagnasi aktivitas masyarakat dalam berusaha berdampak kondisi
ekonomi semakin terpuruk, sementara pemerintah yang hampir setahun sudah
menggelontorkan ratusan triliun untuk memberikan fasilitas kesehatan melalui
bantuan sosial dan kesehatan kepada masyarakat. Memang tidak dapat dipungkiri,
ketidakdisiplinan masyarakat juga menjadi penyebab utama mengapa kondisi wabah
yang kunjung mereda. Akibat terlalu lama masyarakat yang di-framing rasa
khawatir berdampak buruk, terutama mereka berkeluarga muda dengan anak kecilnya.
Keterkungkungan terlama lama berdiam diri dirumah bisa ciptakan rasa stress
yang berlebihan atau dikenal dengan ”Cabin Fever”, maka jalan keluarnya mereka
mencoba untuk keluar rumah sekedar liburan dengan ragam aktivitas terbatas sebagai
kompensasi sekedar liburan atau jalan-jalan ke daerah wisata terdekat. Demikian
juga Cakbro yang tidak ingin terikut
dampak negatif atas kondisi ini, mulai mengikuti trend masyarakat yakni
bersepeda atau sekedar ber-jogging ria di saat liburan.
Dengan bersepeda disaat libur, level atau daya jangkau mulai meningkat, diawali kisaran level 3-5 km dan kini sudah menuju 30-an km (teman lainnya sudah diatas 60 km). Dalam hitungan bulan, cakbro pun sudah merambah ke berbagai lokasi wisata murah dan meriah di daerah wilayah Bekasi. Lokasi wisata murah bagi masyarakat hampir sebagian besar adalah berupa taman kota atau danau buatan di komplek-komplek perumahan atau situ/polder sebagai area penyangga banjir yang dibuat oleh pemerintah. Simbiosis mutualisme pun terjadi, melihat animo masyarakat yang haus hiburan, maka laksana semut yang mengerumi gula, gejolak ekonomi pun tumbuh bermunculan dengan ragam aktivitas mulai dengan membuka warung jajanan atau sekedar menjual berbagai pernik kebutuhan rumah tangga dan lainnya.
C.
Munculnya Wisata Lokal yang Unik di Kota
Urban
Memang sungguh mengasyikkan
bersepeda ria karena jangkauan lebih luas dibandingkan sekedar berjogging. Aktivitas
ini juga merupakan metode murah untuk meningkatkan imunitas tubuh sehingga
terhindar dari wabah virus jahat dengan tingkat penularan semakin meningkat.
Dalam hitungan bulan, cakbro pun sudah merambah ke berbagai lokasi wisata murah
di kisaran tempat tinggal. Diantaranya Lokasi wisata Air terjun Niagara (Niagara
Water Fall) atau Situ Rawa Gede berlokasi di daerah Bantar Gebang, Bekasi. Berikutnya
Danau atau Situ Cibereum di daerah Grand Wisata - Bekasi atau Hutan bambu
Warung Bongkok di daerah sekitar Cikarang.
Daerah tersebut umumnya merupakan
kota tumbuh atau Kota Urban, yang dulunya hanya sebatas kampung nan sepi dengan
hamparan sawah yang luas dan sudah berubah fungsi menjadi wilayah permukiman
baru. Bentukan wilayah baru terjadi karena banyaknya pabrik-pabrik dan Kawasan
berikat, sehingga banyak kaum pendatang sebagai pegawai atau buruh pabrik yang
membentuk pemukiman entah sebatas rumah sewa atau kontrakan yang disediakan
penduduk setempat hingga munculnya komplek kluster perumahan sederhana hingga
mewah.
Sebenarnya area wisata yang tercipta
baik oleh Developer perumahan atau Pemda setempat merupakan bukanlah panorama
indah alami seperti Kawasan wisata di daerah lain yang berada di bukit atau pegunungan
yang elok. Namun kejelian Pemda dan para pebisnis menciptakan area wisata lokal
cukup diacungi jempol, karena saya lama tinggal di Bekasi pun sedikit
terperangah adanya wisata dengan panorama asri berada ditengah kota. Padahal
umumnya wisata masyarakat kota sebagian besar didominasi dengan wisata kolam
renang modern dengan ragam permainan atau adanya pertunjukkan spektakuler di
Mall entah konser musik atau pagelaran show, termasuk ragam kuliner restoran
atau café yang piawai meracik menu-menu terbaru.
Dalam kondisi wabah Covid dengan
penerapan 3 M atau 5 M, saya sangat setuju adanya area wisata lokal tersebut,
karena merupakan area terbuka yang meminimalisir tingkat kerumunan. Apalagi
mutasi virus Covid yang tidak sekedar berasal dari penularan drop-let semata,
namun bisa pula berasal dari air-bone atau perputaran udara terbatas,
peningkatan wabah bisa meningkat karena umumnya Mall atau Gedung menggunakan AC
Central dan kondisi Gedung dengan jendela tertutup.
Selain itu, adanya panorama indah dengan keindahan keasrian alam akan mengajarkan kepada anak-anak betapa pentingnya mencintai dan menjaga alam. Penciptaan area hijau terbuka atau hutan kota di daerah kota urban juga sangat penting sebagai daerah penyangga atau resapan air yang perlu dipertahankan. Akibat kepadatan penduduk dan adanya permintaan rumah, memaksa developer untuk merambah daerah kawasan hutan kecil atau pinggiran daerah lainnya untuk dibangun perumahan. Apabila datang musim penghujan dengan curah air yang berlebihan, maka terjadi genangan air di berbagai perumahan akibat tidak ada resapan air (catching water area) dan ditambah adanya sistem drainase antar perumahan yang tidak tertata dengan baik.
D.
Bentukan Area Wisata Lokal di Daerah
Urban Sebagai Pengontrol Lingkungan Kota
Curug Parigi atau dikenal Air
terjun Niagara Mini, berlokasi di Pangkalan V Bantar Gebang, Bekasi merupakan area
sungai karena konstruksi berbatuan dasar sungai yang bebeda jarak sehingga
tercipta semacam air terjun kecil. Karena kebersihan sungai dan suasana hutan
bambu menciptakan panorama indah, para penggemar fotografi atau selfier akan
mencari posisi lokasi yang tepat sehingga suasana ternampak semacam air terjun
yang indah. Namun itu terjadi jika pada musim penghujan dimana debit air cukup
besar.
Para klub pesepeda dadakan bermunculan
bagai cendawan pasti akan mampir untuk sekedar melepas penat atau bercengkerama
bersama kawan-kawannya. Karena Pemda atau penduduk setempat menyediakan
berbagai fasilitas sederhana bagi pengunjung sebagai area selfie dengan membangun
gubuk atau lokasi cantik dan unik serta banyak warung-warung makanan. Disana pun
disediakan penyewaan perahu bagi yang berminat untuk menjelajah sungai sekedar
mengenal alam hutan bambu pinggiran sungai yang rimbun.
Menurut penuturan warga disana, Curug
Parigi awalnya sungguh berbeda dari sebelumnya karena banyak limbah pabrik dan
sampah bertebaran disana dengan warna air kusam dan hitam dari pabrik
disekitarmya. Adanya kesadaran kelompok pemuda, warga dan tokoh masyarakat
serta kelompok pencinta lingkungan yang melakukan protes kepada pabrik-pabrik sehingga
Pemda pun membuat kebijakan agar membangun pengolahan limbah (water treatment)
sebelum membuang air dari pabrik ke sungai.
Area wisata tersebut bisa sebagai
pengontrol lingkungan dari kedispilinan pabrik-pabrik untuk tidak membuang air limbah
secara langsung, walau terkadang masih ada yang membandel, karena jika itu terjadi maka air terjun
tersebut terjadi busa-busa memutih disekitarnya pertanda adanya air limbah yang
terbuang langsung tanpa dikelola khusus (treatment), demikian juga dengan
kondisi air sungai yang tidak lagi berwarna coklat terang, melainkan menjadi coklat
tua kemerahan bahkan menghitam.
Demikian juga dengan Situ rawa
Gede yang berlokasi tak jauh dengan Curug Parigi, merupakan sebuah polder atau
semacam danau. Dipinggir danau dibangun deretan warung bambu yang menjajakan
kuliner bagi pengunjung, dan disana juga tersedia semacam perahu wisata untuk
bisa sekedar berkeliling dengan bayaran cukup murah bagi masyarakat. Selain
itu, lokasi wisata lebih didominasi oleh pengunjung yang hobi memancing dan
dipinggiran danau pun banyak keramba atau kotak-kotak bambu tempat budidaya
ikan air tawar.
Seperti halnya Curug Parigi, Situ
Rawa gede pun awalnya merupakan danau dengan air yang berwarna hitam dan berbau
karena limbah air pabrik-pabrik disekitar. Kemudian beberapa pemuka masyarakat
banyak yang protes karena aroma bau cukup mengganggu masyarakat. Akhirnya
disepakati untuk dibuat semacam danau pengontrol oleh pemda dan kini berkembang
menjadi area wisata. Adanya ikan-ikan di danau tersebut juga sebagai pengontrol
kadar air, karena adanya limbah akan mempengaruhi kehidupan ikan. Alhasil
pabrik-pabrik disekitar pun terpaksa harus mematuhi ketentuan untuk membuat
tempat pengolahan limbah air ditempatnya sebelum membuang air limbah ke sungai
atau danau tersebut.
Mengapa masih banyak
pabrik-pabrik yang bandel tidak memenuhi ketentuan, karena pengolahan limbah
memang cukup berbiaya mahal dalam pengoperasiannya. Terkadang jika tidak ada
pemantauan dari petugas, diam-diam pada malam hari mereka membuang air limbah
tanpa treatment ke sungai langsung. Alhasil, kualitas air akan terpengaruh dan
menganggu kehidupan ikan-ikan yang dipelihara dalam keramba. Dengan demikian
masyarakat atau warga sekitar pastinya akan memantau ketat dan segera memprotes
ke pabrik jika terjadi hal tersebut.
E.
Penutup
Demikian penjelajahan amatir CakBro
yang mulai menyukai sepeda dengan menjelajah daerah sekitar rumah. Cukup senang
melihat kebeperhatian warga dan tokoh masyarakat serta dukungan Pemda untuk
menciptakan lingkungan yang asri dan nyaman serta sehat karena banyaknya
wilayah pinggiran daerah yang mulai berubah fungsi akibat perkembangan penduduk
kota dengan keterbatasan lahan yang tersedia. Bermunculan pabrik-pabrik yang
awal mula disediakan jauh dari lokasi pemukiman, justru turut andil menciptakan
pemukiman baru atau dikenal dengan daerah Urban. Konflik kepentingan yang
terjadi sebagai daerah baru memang akan menciptakan berbagai permasalahan.
Rasanya sungguh tepat bagi Pemda yang sadar untuk melibatkan masyarakat sekitar
untuk menciptakan suatu Kawasan area Wisata Lokal sebagai penunjang resapan air
dengan membuat danau atau menjaga kebersihan sungai dari tumpukkan sampah.
Kesadaran lingkungan memang harus dimulai dari diri sendiri, kalau bukan kita siapa
lagi.
Bekasi,13Februari2021
#LiburanAsyikDanSehatTakPerluJauh #ManfaatkanHariLiburJelajahDaerahSekitar #GeliatkanEkonomiMasyarakatSebagaiKetahananEkonomiBangsa #BergerakWabahVirusNaikDiamEkonomiAmbruk
Komentar
Posting Komentar