Cerpen Auditor: Mengungkap Modus Operandi Pemeriksaan Dari Ketidaksengajaan
Cerita Rekaan Fiksi Auditor (CRFa):
Mengungkap Modus Pemeriksaan Dari Ketidaksengajaan
1. A. Pengantar
Saya bukanlah
seorang penulis cerpen yang baik dengan menumpahkan untaian kata dan kalimat
yang bisa membuat pembaca terbuai, saya hanya mencoba mengungkapkan sedikit
pengalaman tatkala menjadi auditor dan kiranya bisa menjadi refleksi bagi
auditor pemula bahwa Teknik audit tidak hanya ada di buku pedoman saja namun
perlu kreativitas tersendiri untuk menyesuaikan kondisi di lapangan. Sangatlah
benar bahwa audit tidak sekedar sebuah science (ilmu) yang secara empirik dapat
dipelajari secara bermetodologi, namun juga sebagai art (seni) karena perlu
seni dalam mengolah data keuangan dan penerapan teknik auditnya pada saat
praktek atau terjun di lapangan.
Berikut ini
pengalaman yang saya bagikan dalam bentuk cerita pendek (cerpen) namun sengaja penokohan
dibuat secara fiktif dengan alur cerita dikreasikan secara subyektif. Semoga
saja cerpen auditor dapat menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca, dan mohon
maaf sekiranya ada istilah teknis yang tidak dapat dipahami oleh pembaca awam (dan
mungkin juga tidak pas secara pendefinisiannya)
2. B. Mendapat Tugas Baru Sebagai Auditor Pemeriksa Pajak
“Bagaimana laporan
progress kerja mingguan kalian?”, kata pejabat pengendali kegiatan saat rapat untuk
melakukan evaluasi rutin dengan menanyakan progress hasil kerja audit. Kami adalah
auditor yang bekerja di Instansi pemerintah, dan kebetulan ditempatkan dalam
tim Satuan Tugas (Satgas) Kerjasama Ditjen Pajak dengan Instansi kami terkait
dengan program peningkatan penerimaan negara berupa pajak. Sudah terbiasa
instansi kami selalu melakukan koordinasi dan Kerjasama dengan instansi
lainnya. Jika diperlukan maka dibentuklah Tim gabungan kedua instansi tersebut
yang dikenal dengan Satuan Tugas (Satgas) Kegiatan, dan salah satunya kami
merupakan bagian dari divisi yang menangani pemeriksaan terhadap Wajib pajak.
Ketua Tim
Audit memberikan laporan progress kepada Tim pengendali seraya berkata, “kami
sudah melakukan kompilasi data keuangan Wajib Pajak (WP) dari berkas yang mereka
serahkan, dari hasil analisis kami laporan keuangan maupun laporan penghasilan
pendapatan perusahaan telah sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) mereka”. Tim pengendali mencoba memeriksa berkas
laporan progress yang diserahkan dengan seksama.
Tak lama kemudian laporan usai
dibaca, “Selanjutnya apa langkah kalian berikutnya?”, kata Tim Pengendali
sambil menatap kami satu persatu. Salah satu anggota tim menjawab, “Ijin Pak,
memang dari catatan keuangan mereka sudah sesuai seperti yang dijelaskan pak
Ketua. Terkecuali ada beberapa kesalahan administratif keuangan namun sanksi
pajak yang diberikan tidak begitu besar”.
3. C. Penanggung Jawab Marah Karena
Belum Mendapatkan Hasil Temuan Audit
Sambil membanting laporan
tersebut Tim Pengendali menatap tajam kepada kami, “ Kalian tahu kenapa
ditempatkan dalam Satgas ini?”. Lanjut beliau, “WP yang kalian periksa ini
disinyalir melakukan penyimpangan pajak. Kemungkinan ada laporan keuangan yang mereka
sembunyikan dari kondisi sebenarnya, salh satunya tidak melaporkan penjualan
sebenarnya. Coba kalian cari alternatif atau Teknik audit lain bagaimana bisa
membuktikan dan mengungkapkan modus pajaknya”.
Kami menunduk terdiam dan tak
berani menatap beliau, kemudian ketua Tim berkata, “Baik pak, dari diskusi kami
sebelum menemui bapak, kami punya usulan, sekiranya bapak berkenan, untuk
melakukan tinjauan ke lapangan pak yakni ke pabrik WP tersebut. Barangkali ada
sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk”. Tim Pengendali terdiam dan kembali
membaca laporan, “Oke, saya setuju.. siapkan Surat Tugas untuk kesana, mungkin setelah kalian amati dan observasi ada
sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Intuisi saya kemungkinan harga produksi
mereka ada rekayasa”.
Kemudian kami keluar dari ruangan
beliau, kami tidak kembali ke meja kerja masing-masing, namun pergi ke ruangan
rapat kecil (ruangan yang biasa digunakan para tim audit untuk membahas
pekerjaan), “Waduh bagaimana ini?... sedangkan waktu tugas kita sudah hampir
habis, tapi kita belum dapat temuan pemeriksaan”, ujar anggota tim kepada
temannya. Temannya pun menimpali, “memang saya lihat data laporan keuangan dari
soft-file yang saya peroleh saat awal pertemuan kita kekantor sana, tidak ada
angka-angka dari account-nya yang mencurigakan, sudah saya analisis dan
amati juga data antar account (nama perkiraan merupakan komponen dari
laporan keuangan berupa Neraca Keuangan Perusahaan dan Laporan Laba Rugi Keuangan)”.
4. D. Bersiap Tugas Lapangan Ke Pabrik Mengamati Proses Produksi
Tak lama ketua Tim masuk ke
ruangan rapat dan berkata, “Oke, tadi saya sudah menyerahkan ke bagian Tata
Usaha untuk menyerahkan memo dari Tim Pengendali agar segera menyiapkan Surat Tugas
dan lainnya”. Kemudian ketua Tim berkata kepada anggota tim, “Mari kita rancang
apa yang harus kita lakukan disana…kamu anggota Tim A dan B, tolong bicara
dengan bagian keuangan disana untuk mengcross-check data keuangan, apakah ada
data yang belum kita ambil”. Sambil mengamati copy laporan progress kegiatan, “
Dan kamu anggota tim C dan D bersama saya, nanti kita turun mengamati proses
produksi di pabrik. Persiapkan kertas kerja dan data-data keuangan yang telah
diterima”.
Keesokan harinya, kami pergi ke
perusahaan yang dituju dan disambut baik dengan wakil dari perusahaan. Setelah
dipersilahkan ke ruangan rapat perusahaan, kami menjelaskan maksud kedatangan
seraya menyerahkan surat tugas, “Baik pak, kami akan tunjuk staf selaku PIC (person
in charge) untuk mengantar ke bagian keuangan dan memberikan apa-apa data
yang diminta. Demikian juga dengan tim audit yang akan melihat pabrik kami
untuk mengamati proses produksi” ujar wakil dari perusahaan yang menangani bidang
perpajakan.
Perusahaan yang sedang kami audit
adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi Plywood yakni lembaran triplex (3
lapis) atau multi-plex (multi lapis) yang dijual di dalam negeri maupun luar
negeri (ekspor). Perusahaan tersebut mengajukan kompensasi atas kelebihan pajak
yang dibayarkan kepada pemerintah (dalam hal ini Ditjen Pajak). Sesuai dengan
ketentuan, proses ajuan tersebut akan diterima setelah dilakukan perhitungan kembali
oleh aparat pajak berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.
5. E. Mengamati Proses Pengupasan Kayu Gelondongan Menjadi Lembaran Tripleks
Setelah selesai pertemuan dengan
wakil dari perusahaan, kemudian kami beranjak pergi menuju pabrik pengolahan
plywood dengan ditemani petugas bagian pabrik selaku PIC. Kami pun mencoba
mengamati dan mempelajari proses produksi pabrik tersebut. Awal proses dimulai dari
sebuah gelondongan kayu berdiameter cukup besar, kemudian gelondongan kayu
tersebut masuk dalam mesin pengupas kulit kayu laksana sebuah pisau pengiris
berukuran besar. Akhirnya gelondongan kayu tersebut berputar dan terkupas
kulitnya begitu tipis, berkat kecanggihan mesin pengupas tersebut, hingga
tersisia menjadi batang kayu berdiameter kecil seperti tongkat pramuka.
Kemudian kami beralih ke mesin
berikutnya yakni mesin pemotong lembaran kayu. Mesi tersebut akan memotong sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian potongan lembaran tersebut dipilih
kualitas dan bentuknya (berdasarkan bentuk penampang kayu) serta ditumpuk dan dimasukkan
dalam lori kereta, selanjutnya dikrim ke gudang proses produksi. Di bagian
produksi, lori tersebut sudah disambut oleh karyawan untuk melakukan proses tahapan
selanjutnya. Lembaran kayu yang bagus penampangnya dipilih, kemudian diulasi
lem khusus dan ditambah dengan lembaran kayu lain termasuk lembar potongan yang
tidak utuh, begitu selanjutnya dan ditutup kembali dengan lembaran kayu yang
utuh.
Proses produksi terdiri dari dua
bagian yakni tri-plex berarti akan menjadi lembaran tiga lapis, dan bagian
proses multi-plex untuk lembaran yang lebih tebal 9sekitar 5-7 lapis). Lembaran
tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam open atau tungku yang sangat besar
untuk dikeringkan atau mengurangi kelembaban dari kadar airnya. Dan hasil potongan
lembaran tersisa maupun serpihan kayu lainnya tidak dibuang, melainkan dikirim
ke bagian mesin lainnya untuk dihancurkan dan dijadikan bubur kayu. Hasil
nantinya akan dibuat lembaran yang dinamakan block-board, umumnya digunakan
untuk jenis furniture sederhana yang bersifat knock-down.
6. F. Terjadi Insiden Terjatuhnya Kotak Peti Packing Di Gudang Penyimpanan
Setelah melihat proses produksi, Ketua
tim meminta anggota tim C untuk meminta data-data produksi bagian akuntansi produksi
dan berharap akan dilakukan analisis nantinya. Kemudian ketua tim audit menunjuk
anggota tim D untuk mendampinginya melanjutkan pengamatan pada bagian proses pengepakan (packing). Di bagian
pengepakan sudah tersedia packing kayu berbentuk empat persegi panjang, kemudian
lembaran trip-plex disusun bertumpuk dalam peti kotak kayu tersebut.
Selanjutnya untuk menjaga secara
aman, maka pada sisi dalam kayu tersebut dilapisi lembaran stereo-foam
(lembaran busa padat) dan juga ditambah dengan beberapa lembar trip-lex sisi
kiri dan kanan sebelum ditutup dan dipacking. Peti kotak kayu berisi lembaran
tripleks tersebut kemudian diangkat oleh kendaraan fork-lift untuk dikrim ke
bagian Gudang penyimpanan, disana kemudian disusun bertumpuk secara rapi. Dan
selanjutnya dari Gudang simpanan tersebut, sudah menunggu truk pengangkut yang
akan membawa untuk dikrim ke pelanggan sesuai dengan Surat perintah order atau
D.O (Delivery Order).
Ketika tim audit baru beranjak keluar
dari Gudang penyimpanan, tiba-tiba salah satu peti kotak kayu tersebut terjatuh
pada saat kendaraan fork-lift akan menaruh ke tumpukan atas dari susunan peti
yang ada. Peti kotak tersebut jatuh berantakan saat kami mendatangi kejadian,
dan bersyukurnya tidak ada pegawai yang mengalami kecelakaan. Namun anggota tim
audit D sempat memeriksa kondisi lembaran trip-lex tersebut. Beruntung lembaran
tersebut tidak ada yang rusak, demikian pula lapisan lembaran trip-lex di sisi
kiri dan kanan, hanya kayu peti kotak tersebut yang pecah berantakan.
7. G. Keresahan Tim Audit Karena Temuan Pemeriksaan Tak Kunjung Diperoleh
Keesokan harinya tim Audit
berkumpul di ruang rapat perusahaan, “Bagaimana dengan hasil kerja kita hari ini,
ada saran atau masukkan yang bisa dijadikan petunjuk?”, kata Ketua tim saat
membuka pembicaraan. Anggota tim auditor A berkata, “Kami sudah melakukan
klarifikasi dan konfirmasi atas data perolehan sebelumnya, tapi hasilnya tetap
sama Pak. Namun kita mendapat data baru terkait data-data produksi di bagian
keuangan”. Anggota tim C menimpali, “ saya juga sudah meminta data di bagian
produksi sesuai arahan Pak Ketua. Mungkin nanti kami akan cross-check dengan data dari keuangan pada anggota Tim audit A”.
Sang Ketua Tim menghela nafas, “Yah
kita juga sudah mengamati proses produksi di pabrik… nampaknya nihil. Artinya
semua sesuai dengan penjelasan petugas PIC di bagian pabrik.”, kemudian
melanjutkan bicaranya, “Tapi ada keanehan seperti yang dikatakan Pak
Pengendali, Perusahaan ini sedang meminta kelebihan pajak PPN-nya.. karena PPN
masukan lebih besar dari PPN keluaran yang dilaporkan”. Yang dimaksud dengan
PPN keluaran merupakan pajak PPN atas produk penjualan kepada pelanggan. Sedangkan
PPN masukkan adalah pajak PPN yang dibayar perusahaan pada saat membeli bahan
baku dan bahan lainnya dari pembeli. Dengan demikian secara periodic,
perusahaan akan melaporkan antara PPN keluaran yang akan dibayarkan perusahaan,
namun dikompensasi (diperhitungkan) dengan PPN masukan yang telah dibayar
perusahaan dari pembeli.
Anggota Tim audit B berkata
sambil mengamati laptopnya, “ Saya sudah menganalisis data keuangan…
kemungkinan adanya biaya produksi yang cukup besar dibebankan, sehingga
perolehan pendapatan mereka kecil jika dikurangi hasil penjualannya”. Anggota
Tim audit C menimpali, “dari data yang saya peroleh di bagian pabrik… ternyata
semua sdh sesuai dengan yang dilaporkan ke bagian akuntansi di bagian
keuangan,”.
8. H. Muncul Ide Mengungkap Modus Dari Insiden Jatuhnya Peti Kotak Packing
Suasana kemudian hening karena
masing-masing sibuk dengan laptopnya untuk mengamati kembali data keuangan dan
data produksi yang mungkin bisa menjadi petunjuk. Keheningan terpecahkan saat
anggota Tim audit D berkata, “ kemarin saya mendampingi pak Ketua tim untuk
mengamati proses produksi, hingga ke bagian packing produk trip-lex tersebut
dan dikirmke bagian Gudang penyimpanan… namun ada sesuatu menurut saya yang perlu
diamati. Ketika packing terjatuh saat kendaraan fork-lift ingin menumpuk peti
kotak kayu tersebut....”. Pak Ketua langsung menyergah, “apa maksudmu?.. coba
jelaskan praduga yang bisa jadi petunjuk.”, ujar Ketua Tim penasaran seraya
membetulkan kursinya.
Sang auditor D menjelaskan,
“begini pak... bapak masih ingat pada saat kita mengamati proses packing?,
setiap peti kotak dilapisi 10 buah lembaran tripleks yang sama di setiap sisi
kiri dan kanan, dengan alasan agar aman untuk melindungi tumpukkan trip-lex
tersebut…. Namun, ketika peti kotak packing tersebut terjatuh hingga pecah….
Yang hancur adalah peti kotak sebagai lapisan luar dan trip-lex tersebut
terlindungi secara utuh karena adanya lembaran stereo-foam sebagai pelapis
dalamnya…”, si auditor D kemudian diam sambal merenung. Teman auditor lain secara
serempak berkata, “ayo segera lanjutkan ceritanya… dari situ apa simpulan
kamu?”.
Sang auditor D melanjutkan, “Ada
yang menjadi kecurigaan saya, apa maksudnya harus menambah 10 lembar sebagai pelapis
disisi kiri dan kanan?…. Karena lembaran tersebut ternyata utuh saat packing
itu terjatuh. Simpulan saya, tanpa ada penambah 10 lembaran tripleks sebenarnya sudah cukup aman atas peti kotak
kayu packing tersebut karen adanya lembaran stereo-foam yang cukup tebal
sebagai pelindungnya. Nah, coba bayangkan.. jika setiap packing terdapat 20
lembar tripleks sebagai pelapis dan dikirim untuk dijual ke pelanggan…. Apakah
benar pelanggan baik dalam luar negeri menerima 20 lembar tripleks tersebut
secara gratis di setiap peti?, karena lembar tripleks tersebut adalah lembaran
yang sama dalam tumpukan di peti tersebut”.
Terlihat seluruh wajah tim audit berbinar-binar
mendengar penjelasan, tanpa disuruh mereka segera mengutak-atik data di laptop
mereka. “Woow amazing, jika ini sebagai modus… dalam peti tersebut berisi 100
lembar trip-lex untuk dijual. Dan didalam setiap peti packing ada 20 lembar
trip-lex gratis ya… padahal omzet mereka 10 juta lembar setiap tahun baik yang
dijual ke dalam dan luar negeri”, ujar auditor B. Dan disambut oleh auditor C,
“disini saya lihat dari data Gudang, ada data kirim sebanyak 1,25 juta kotak
packing terkirim baik ke dalam dan luar
negeri”.
Kemudian mereka menatap dan
bertanya kepada ketua Tim, “apa langkah kita selanjutnya pak?”. Sang ketua Tim
pun berdiri menghampiri dan menepuk bahu anggota Tim auditor D, “Sungguh cerdas
analisis kamu saat ini… Nah, ini memang modus mereka untuk menutupi penjualan
terselubung”. Auditor A juga menimpali, “benar pak dari data produksi
terlaporkan bahwa jumlah produksi lembaran trip-lex berkurang untuk dijual
dengan alasan digunakan untuk setiap packing yang berisi 20 lembar”.
Auditor
D menyarankan, “Langkah kita saat ini saya menyarankan perlu tindakan untuk
pembuktian asumsi saya. Nanti kita minta di bagian packing untuk membuat
beberapa kotak packing yang tidak diisi 20 lembar lembaran disis kiri dan kanan,
cukup dengan dilapisi lembaran stereo-foam disisinya dalam kotak tersebut”,
kemudian lanjutnya “nanti kita minta buktikan antara peti kotak yang tidak
berisi lembaran teripleks disisi samping dengan packing mereka tersebut dan
kita suruh untuk ditaruh ditumpukkan pada bagian atas.… dan selanjutnya kita
minta agar peti-peti tersebut dijatuhkan secara bersama-sama….... dan kita
lihat bagaimana hasilnya?”. Akhirnya mereka sepakat dengan ide ususlan auditor
D dan diputuskan rencana esok hari ke bagian gudang untuk mengamati bersama-sama.
9. H. Menguji Kekuatan Kotak Packing Sesuai Pesanan Tim Audit
Keesokan harinya mereka meminta
staf PIC bagian pabrik untuk mendampingi kembali. Namun kali ini, tim audit meminta
untuk dibuatkan peti kotak sesuai dengan rencana mereka, tetapi bagian packing merasa
keberatan. Akhirnya ketua Tim memanggil Kepala Pabrik dan menjelaskan bahwa
permintaan pesanan tersebut untuk menguji kembali kekuatan packing kayu setelah
melihat kejadian jatuhnya packing kemarin, akhirnya mereka mau memenuhi
permintaan tersebut. Dan sesuai dengan rencana, ada 4 kotak peti yang akan sengaja
dijatuhkan dari tumpukkan packing paling atas. Ke 4kotak tersebut adalah 2 kotak
packing peti seperti biasa dan 2 peti packing sesuai pesanan yakni tidak berisi
20 lembaran sebagai pelapis dalam kotak packing tersebut. Sebelum dijatuhkan,
masing-masing dari kami dan pegawai pendamping telah dilindungi helm dan baju
pengaman.
Brak…Brak…Brak..Brak…. 4 buah packing
kayu tersebut jatuh satu persatu sesuai dengan perintah. Kemudian kami
mendekati satu persatu packing peti yang telah hancur dan mengamati kondisi
lembaran tripleks tersebut. Fantastis!!, sesuai dengan dugaan…. Ternyata
packing pesanan tim audit yakni packing yang hanya berisi lembaran stereo foam sebagai
pelapis pelindung tersebut, 100 buah lembaran tripleks terlihat utuh dan tak satu pun lembaran yang rusak.
Demikian juga dengan dua peti packing lainnya yang berisi 10 lembar lembaran
trip-lex sebagai pelindung, juga terlihat utuh. Hal ini dimungkinkan karena
kekuatan packing kayu dengan pelapis stereo-foam sesuai dengan standar.
Kepala pabrik akhirnya tersenyum
dengan simpulan tersebut karena menganggap bahwa packing yang dibuat anak
buahnya memang cukup aman melindungi produk penjualan mereka. Padahal dia
mengetahui maksud sebenarnya bahwa percobaan menjatuhkan peti kotak tersebut
untuk membuktikan hasil asumsi dugaan tim audit berdasarkan kesepakatan dan
diskusi kemarin. Akhirnya tim audit kembali ke kantor perusahaan dan sekaligus
berpamitan kepada wakil perusahaan karena tugas mereka melakukan kunjungan
pabrik sudah usai sesuai dengan jadwal dalam surat tugas.
Sekembalinya dari lapangan, keesokan
hari tim audit ke kantor dan menghadap kepada penanggungjawab yang kebetulan
sudah menunggu di ruang rapat kecil. Dengan antusias masing-masing anggota tim
auditor menjelaskan secara bergantian bagaimana caranya mereka memperoleh
temuan dengan penemuan modus sehingga perusahaan harus membayar kekurangan
pajaknya dan bukan memperoleh kompensasi atas kelebihan pajak. “Oke, selamat ya…
atas tugas kalian. Rasanya ini modus baru yang perlu kalian presentasikan ke
teman tim audit lainnya”, kata si penanggung jawab setelah puas mendengar
uraian penjelasan dari tim audit.
Penanggung jawab kegiatan
kemudian berkata lagi, “Disinilah penting kekompakkan dalam tim audit untuk bertindak
dan bekerjasama serta saling berbagi pengetahuan dan memberi motivasi untuk
mengatasi semua permasalahan yang ada. Dan saya salut dengan kalian karena
perlunya kita berpikir out of the box thinking dalam melakukan
tugas dan menangani kasus jika prosedur pemeriksaan dan pedoman audit telah
kita laksanakan tidak membuahkan hasil. Janganlah terpaku hanya melihat
prosedur dan ketentuan, namun harus memahami sesuai dengan tujuannya. Ada
kemungkinan aturan dan prosedur perlu direvisi karena telah tidak sesuai dengan
kondisi saat ini”.
“Kamu, ketua Tim siapkan laporan hasil
lapangan dan laporan pemeriksaan pajaknya berdasarkan data yang diperoleh dengan
perhitungannya.. Nanti kita akan lapor dan bahas kepada tim satgas gabungan”,
kata si penanggung jawab kegiatan seraya berdiri menghampiri kami untuk memberi
selebrasi jabat tangan satu persatu, sebelum dia meninggalkan ruang rapat. Namun
pada dia akan meraih pintu untuk keluar
ruangan, si penanggung jawab berkata lagi, ” Oh ya jangan lupa ya, buatkan slide
presentasi atas modus operandi temuan kalian …. Saya akan adakan presentasi
khusus agar bisa kita masukkan dalam perbaikan pedoman audit kantor”.
oo00--------- Selesai
-------00oo
Catatan : Kisah tersebut hanya
rekaan penulis secara fiktif baik dari penokohan maupun tempat atau lokasi
Komentar
Posting Komentar