Muhasabah Dihari Kemerdekaan :

"Memahami Makna Kemerdekaan RI Dalam Perspektif Islam". 
By: Cakbro

Pengantar:
Merdeka!!!.. , Hidup Indonesia!!..., Selamat memperingati HUT ke-73 RI !!!.... ,dsb. adalah kata-kata yang selalu menggema tatkala di seantero negeri sedang melakukan upacara bendera. Proklamasi 17 Agustus 1945 memang memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia.
Di saat itu, Ir. Sukarno bersama Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, mungkin yang dimaksud adalah merdeka dari penjajahan Jepang.
Tetapi di jaman sekarang, makna kemerdekaan itu bagi rakyat Indonesia merupakan tugas generasi setelahnya untuk menjawabnya. Karena itu, dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa kemerdekaan adalah pintu gerbang menuju cita-cita kebangsaan dan keindonesiaan yang sejati.
Apa sih makna esensi kemerdekaan dalam perspektif Islam? Sebagai bagian terbesar bangsa Indonesia, umat Islam dapat mengambil makna kemerdekaan tersebut dari Al Quran. Dalam Al Quran ditunjukan berbagai kisah kemerdekaan orang-orang terdahulu yang dapat mengilhami kita, bagaimana seharusnya menjadi bangsa merdeka di era globalisasi.

A. Membebaskan Diri Dari Persepsi Keliru Tentang Keyakinan yang Asasi 

Makna Kemerdekaan yang dimaksud dapat di ambil dari kisah Nabi Ibrahim ketika beliau berusaha membebaskan dirinya dari orientasi asasi yang keliru dalam kehidupan manusia. Seperti yang dimaktubkan pada QS Al Anam : 76-79 dikisahkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan.
Pencarian spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim dalam membebaskan hidupnya dari orientasi hidup yang diyakininya keliru, namun hidup subur dalam masyarakatnya.
Seperti diketahui, masyarakat Nabi Ibrahim pada saat itu adalah penyembah berhala. Bagi beliau, penyembahan terhadap berhala merupakan kesalahan besar. Walaupun mereka meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dan berhala sebagai manifestasi wakil Tuhan.
Namun, berhala tersebut menunjukkan manusia telah melakukan penghambaan yang justru menjatuhkan harkat dan martabat dirinya sebagai manusia.
Bentuk-bentuk penghambaan yang menjatuhkan harkat dan martabat manusia seperti itu juga terjadi pada era modern seperti melakukan korupsi tanpa ada sedikitpun perasaan merasa bersalah, mengorbankan nyawa-nyawa tak berdosa, menghalalkan berbagai cara untuk meraih kursi dan posisi, dan seterusnya.
Penghambaan-penghambaan yang demikian bukan hanya melukai harkat dan martabat manusia, namun juga menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang hakikatnya menjadi tujuan dari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 73 tahun yang lalu.

B. Membebaskan Diri Dari Sistem Pemerintah yang Korup (Dholim) 

Makna Kemerdekaan tersebut juga dapat dipetik dari kisah Nabi Musa ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Raja Firaun. Kekejaman rezim Firaun terhadap bangsa Israel di kisahkan dalam berbagai ayat Al Quran. Rezim Firaun merupakan representasi komunitas yang menyombongkan diri dan sok berkuasa di muka bumi.
Keangkuhan rezim penguasa ini membuat mereka tak segan membunuh dan memperbudak kaum laki-laki bangsa Israel dan menistakan kaum perempuannya. Keangkuhan inilah yang mendorong Musa tergerak untuk memimpin bangsanya membebaskan diri dari penindasan, dan akhirnya meraih kemerdekaan sebagai bangsa yang mulia dan bermartabat (QS Al Araf : 172, Al Baqarah : 49, dan Ibrahim : 6).
Dalam hal ini, kita harus memiliki sikap tidak sekedar menentang segala bentuk korupsi/kedholiman, namun berusaha untuk menghentikan segala tata cara atau sistem dan mekanisme tersebut dan berusaha untuk memperbaikinya. Contoh kecil misalnya, menghindarkan diri untuk melakukan perbuatan suap atau sekedar memberi tiap kepada petugas agar dapat dilayani lebih baik.

C. Membebaskan Diri Agar Menjadi Fitrah Manusia Yang Seutuhnya 

Makna Kemerdekaan yang dimaksud adalah mengikuti kisah sukses Nabi Muhammad yang mengemban misi profetiknya di muka bumi (QS Al Maidah : 3) menjadi sumber ilham yang tak pernah habis bagi bangsa Indonesia untuk memaknai kemerdekaan secara lebih holistik dan integral.
Disorientasi hidup di ekspresikan dalam penyembahan patung oleh masyarakat Arab Quraisy. Rasulullah berjuang keras mengajarkan kepada umat manusia untuk menyembah kepada Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan “tuhan-tuhan” yang menurunkan harkat dan derajat manusia (QS Luqman : 13).
Semuanya sama dimata Tuhan tidak ada yang membedakan kecuali ketaqwaan mereka kepada Tuhan (QS Al Hujrat : 13).
Dalam hal ini, Nabi Muhammad s.a.w mencoba menggenapi pembebasan diri manusia sebagai Manusia Seutuhnya. Namun terkadang diselewengkan atau menjadi bias, dalam hal ini keinginan dan kepentingan manusia menjadi segalanya di dunia ini. Seharusnya kita berfokus sebagai manusia yang bertanggung jawab mengelola dunia ini kepada Allah swt sang Pencipta dan bukan berusaha untuk menguasai dunia demi kesenangan atau kepentingan sesaat tanpa berpikir bahwa di hari akhir akan ada pertanggungjawaban.

Penutup:

Intinya bahwa kemerdekaan menurut pandangan islam adalah mampu membebaskan diri dari segala macam penghambaan kepada “tuhan-tuhan” lain dan hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi Manusia yang Mulia disisi-Nya.
Selain itu, kita diharapkan untuk berusaha menghindarkan diri dari ajakan syetan sebagai musuh utama melalui sikap dan cara yang tidak sesuai dengan ajaran agama, dengan selalu berpikir bahwa hidup di dunia sebagai khalifah (pengelola) dan hanyalah hidup sesaat saja.
Sebagai kata penutup, alangkah indahnya apabila masyarakat Indonesia mampu memaknai kemerdekaannya seperti yang di gambarkan oleh Al Quran. Apabila kita mampu mengejawantahkan atau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, Insya Allah akan tercapai negeri yang makmur dan sejahtera.

Referensi:
1. Media Muslimah: Arti Kemerdekaan Dalam Islam, mediamuslimah.com, 22/8/2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta NKRI sebagai Jargon semata!

Siapkah Kita Menerima Segala Konsekuensi Demi Remunerasi ?