Pentingnya Berpikir Kritis Sebagai Pemulihan Akal Sehat Dalam Mensikapi Informasi Di Media Sosial

 A.    PENDAHULUAN

Berdasarkan data Statista bahwa Indonesia merupakan salah satu di antara jajaran negara pengguna internet yang berada di urutan kelima negara dengan penggunan internet terbanyak di dunia. Jumlah pengguna internet di Indonesia per-Maret 2019 mencapai 143, 26 juta jiwa. Angka itu terpaut tipis dari Brazil di urutan keempat dengan pengguna internet sebanyak 149, 06 juta jiwa. Sedangkan peringkat pertama negara pengguna internet diduduki China dengan 829 juta pengguna, lalu disusul India dengan 269 juta pengguna dan posisi ketiga Amerika Serikat dengan 292, 89 juta pengguna.

Melihat ekosistem industri teknologi informasi dan komunikasi serta kebutuhan masyarakat terhadap internet yang tidak terelakkan, besar kemungkinan jumlah pengguna internet di Indonesia berdasarkan riset dari lembaga Wearesocial Hootsuite yang dirilis Agustus 2019, penggunan media sosial di Indonesia menembus angka 150 juta jiwa atau setara dengan 56 persen dari total populasi. Jumlah tersebut mengalami peningkatan cukup signifikan, yakni mencapai 20 persen dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2017 yakni sebesar 130 juta jiwa atau sekitar 48 persen dari jumlah penduduk.

Namun yang mengherankan, besarnya jumlah pengguna internet dan media sosial di Indonesia ini berbanding terbalik dengan tingkat literasi dan minat baca masyakat yang begitu rendah. Menurut survei bertajuk “Programme for International Student Assessment” (PISA) yang dilakukan oleh The Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) peringkat Indonesia di bidang pendidikan, literasi dan minat baca berada di posisi ke 77 dari 82 negara. Bayangkan, Indonesia berada di posisi papan bawah dalam hal pendidikan, literasi dan minat baca.

Kondisi ini menjadi sangat kontradiktif, di satu sisi masyarakat Indonesia begitu produktif dalam mengomentari sebuah isu atau peristiwa yang tengah hangat di berbagai media sosial. Namun di sisi yang lain, tingkat literasi dan minat baca masyarakat kita begitu rendahnya. Inilah salah satu penyebab, mengapa media social di negeri kita lebih banyak dipenuhi oleh berita palsu (fake news), berita bohong (hoax) dan segala macam jenis sampah digital lainnya.

Kondisi inilah yang lantas melatari munculnya gejala absurditas media sosial yang ditkitai dengan perilaku para penggunanya yang cenderung absurd, ambivalen dan acap berkepribadian gkita. Yasraf Amir Piliang (2016) dalam bukunya berjudul Agama dan Imajinasi menyebutkan bahwa kecenderungan pengguna media sosial ialah memiliki dua kehidupan, yakni kehidupan nyata dan maya yang acapkali saling bertentangan satu sama lain. Media sosial, bagi sebagian besar penggunanya, media sosial difungsikan sebagai semacam etalase untuk memamerkan kehidupannya kepada publik. Maka menjadi wajar jika nyaris semua orang di media sosial berupaya sekuat tenaga menampilkan kehidupan pribadinya sesempurna mungkin. Padahal, dalam kehidupan nyata tidak selalu demikian.

 

B.     B. Pentingnya Bernalar Kritis

Rocky Gerung seorang doktor filsafat yang sering muncul diberbagai media sosial atas sikap dan kata-katanya yang bikin gatal kuping, dalam acara yang diselenggarakan Yayasan Jurnal Perempuan (Senin 27 November 2017)dengan tema “Berpikir Kritis” menyatakan bahwa di negeri kita terjadi Kelangkaan akal sehat publik dalam menghadapi media sosial. Media sosial yang seharusnya menjadi sumber ilmu pengetahuan, namun kenyataan yang kita jumpai justru kebalikannya. Hari-hari ini media sosial malah menjadi tempat berkembangnya kebencian, provokasi dan segala bentuk ketidakadilan.

Berpikir kritis ternyata bukan sekadar urusan akademis, tetapi ia beririsan langsung dengan kehidupan politik dan bernegara.  Absennya kritisisme berkontribusi pada fenomena pengerasan ideologi (fanatisme), karena terjadi rasa sentimen dan bias kognisi dalam bersikap di dunia media sosial. Bahkan sering terjadi banalitas yakni endemi yang tidak hanya menjangkiti masyarakat secara luas, tapi juga menjangkiti dalam percakapan dan diskusi di dunia akademis. Menurut Rocky, masyarakat saat ini cenderung mengabaikan pada substansi sutau pokok persoalan dan lebih berfokus pada sensasi. Saat ini momen berpikir kritis merupakan sebuah sebuah kelangkaan, sehingga perlu diupayakan untuk mengaktifkan kembali kapasitas kritis manusia.

Menurut Rocky Gerung, kondisi saat ini masyarakat sering bernalar yang keliru (logical fallacy) dalam memproduksi pikiran kritis. Penyebab kita bernalar yang keliru karena alur pikiran yang tidak sesuai dengan pakem logika, dan bisa juga terjadi karena karena gangguan kognisi pada mental seseorang. Gangguan kognisi bisa terjadi karena nalar tidak lagi dipimpin oleh pikiran melainkan oleh keinginan. Dengan kata lain, logika tidak lagi beroperasi dan bias kognisi telah mendominasi. 

Sebenarnya kita dapat berpikir secara logika dan mengontrol terhadap bias kognisi yang terjadi. Namun ada situasi di mana kita malas untuk mengambil risiko dan mengambil jalan pintas pada believe (nilai/keyakinan)Kita tidak lagi mengkitalkan penalaran tetapi memilih untuk melkitaskan argumennya pada fundamen-fundamen tertentu seperti metafisik, teologis dan kultural. Oleh karena itu, menurut Rocky setidaknya ada 3 hal yang perlu diwaspadai dalam memastikan agar kita dapat berpikir kritis yaitu: bernalar yang keliru, bias kognisi dan fanatisme terhadap nilai/believe.

Kritik adalah hal yang esensial dalam menjamin keberlangsungan momen berpikir kritis. “Berpikir kritis artinya mengurai dan menganalisis berbagai macam problem, menganalisis artinya melakukan kritik,” ungkap Rocky. Kritik adalah hal yang penting dalam upaya melakukan analisis, namun seringnya orang berfokus pada solusi. Kritik yang tanpa menghasilkan solusi dianggap sebagai kesia-siaan. Padahal menurut Rocky solusi bukanlah esensi dari kritik. Melakukan kritik artinya kita sedang menjalankan fungsi primer sebagai manusia.

 
C. Definisi Berpikir Kritis Menurut Para Ahli

Perlu kita ketahui bahwa pikiran adalah bentuk dari gagasan dan proses mental. Dengan berpikir akan membantu kita mengasah ketajaman otak. Berpikir adalah proses otak melakukan pengumpulan dan analisa informasi, dimana kumpulan semua informasi ini misalnya dibutuhkan dalam membuat keputusan, membuat konsep, melakukan penalaran, serta membuat pemecahan suatu masalah.

Cara berpikir seseorang berbeda dengan cara berpikir orang lain, tidak ada cara berpikir yang persis sama. Inilah yang sering disebut sebagai perbedaan persepsi atau sudut pkitang. Cara yang bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan Kita untuk mengingat atau memecahkan suatu masalah adalah dengan cara melakukannya secara rutin setiap hari. Biasakan untuk berlatih setiap hari, sisihkan beberapa menit atau sedikit waktu Kita untuk merenung. Berpikir kritis akan membantu Kita semakin baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Berpikir kritis adalah proses berpikir dimana informasi menjadi keputusan atau kesimpulan. Hal ini memang tidak mudah dilakukan, maka dari itu Kita perlu berlatih dan membiasakan diri setiap hari secara rutin dan berkelanjutan.

Berpikir secara kritis menurut Iskandar (2009) bahwa kemampuan berpikir adalah kegiatan penalaran yang dilakukan secara refleks atau tiba-tiba, kritis, kreatif, dan berorientasi pada proses pemikiran yang akan menghasilkan pembentukan suatu konsep, dan sebuah analisis. Proses tersebut dihasilkan dari pola pikir berdasarkan pengamatan, pengalaman, refleksi, tindakan, serta komunikasi. Berpikir akan menuntun Kita menemukan suatu tujuan, serta menemukan pemahaman sesuai yang Kita inginkan.

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata  ( 2002), bahwa untuk bisa berpikir kritis diperlukan tiga syarat. Pertama, yaitu proses analisis berdasarkan ciri-ciri dari beberapa objek yang sejenis. Contohnya mengamati jenis ras manusia dari berbagai belahan negara di dunia, dari situ akan diperoleh misalnya ras Eropa, Asia, dan Afrika. Dengan demikian, kita akan peroleh persamaan dan perbedaan masing-masing ras , sehingga kita akan lebih  mudah untuk menganalisisnya. Kedua, yaitu proses menyambungkan pemahaman atau pengertian antara satu hal dengan hal yang lain. Proses ini ada yang berbentuk pemikiran positif atau negatif. Untuk mempermudahnya, Kita dapat menggabungkannya dalam bentuk kalimat. Misalnya “bunga berwarna merah”, “taman yang luas”, dan lain sebagainya. Ketiga, kemampuan menggabungkan beberapa hal atau pendapat yang berbeda-beda menjadi sebuah kesimpulan atau suatu keputusan. Keputusan disini bermacam-macam, misalnya saja keputusan yang bersifat induktif, deduktif, serta analogis.

Pendapat ahli teori lainnya, Cece Wijaya (1996) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan berpendapat secara terorganisir. Berpikir kritis mengajarkan untuk menganalisis suatu gagasan atau ide menjadi lebih spesifik dan berakhir pada suatu kesimpulan. Di dalam proses tersebut, terjadi hal seperti membedakan secara tajam, berpikir secara cermat, memilih yang terbaik, mengindentifikasi, serta mengevaluasi dan mengembangkan ide atau gagasan tersebut menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut didukung oleh Elaine Johnson ( 2002) yang berpendapat bahwa berpikir kritis adalah proses murni kegiatan otak atau mentality dimana bertujuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, bertujuan mengajak atau persuasif, menganalisa suatu anggapan, serta melakukan penelitian ilmiah.

D. Manfaat Berpikir Kritis

Setelah kita memahami makna berpikir kritis dan bagaimana cara memperolehnya dapat disimpulkan bahwa kita perlu berpikir kritis untuk menemukan kesimpulan dan keputusan yang informatif, bermanfaat, serta dapat dipertanggungjawabkan. Karena keputusan dan kesimpulan tersebut diperoleh dari analisis berbagai pendapat, asumsi, serta ide yang beragam dan bermacam-macam.

Adanya Perbedaan ide atau gagasan dari infromasi yang kita peroleh tersebut akan membuat kita berpikir kritis yaitu untuk menemukan kejelasan, persamaan, maupun perbedaan dari masing-masing kumpulan semua ide tersebut. Kemampuan berpikir kritis membuat Kita menganalisa kembali, mengidentifikasi, mengevaluasi, mempertimbangkan, mengembangkan kembali semua ide dan segala asumsi hingga pada akhirnya kemudian akan memunculkan satu keputusan atau sebuah kesimpulan yang dianggap paling baik serta dapat dilakukan. Selain itu, dengan berpikir kritis kita dapat memperoleh manfaat seperti yang diuraikan di bawah ini.

1. Selalu memiliki alternatif jawaban dan ide kreatif

Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Kita memiliki kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, kita juga dapat berpikir secara mandiri dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran yang tidak direncanakan, terjadi secara spontan dan begitu saja, secara refleks otak kita akan memikirkan suatu hal. Terbiasa berpikir kritis juga akan membuat Kita memiliki banyak alternatif jawaban serta ide-ide kreatif. Jika mempunyai suatu masalah, kita tidak hanya terpaku pada satu jalan keluar atau penyelesaian, namun akan memiliki banyak opsi atau pilihan penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis akan membuat Kita memiliki banyak ide-ide kreatif dan inovatif serta out of the box.

2. Menghargai dan memahami sudut pandang orang lain

Dengan berpikir kritis membuat pikiran dan otak kita lebih fleksibel dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide orang lain, dan mau menerima pendapat orang lain walau dengan persepsi yang berbeda. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan, namun jika kita telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan sendirinya secara spontanitas, hal ini akan mudah untuk Kita lakukan. Keuntungan lain dari memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Kita lebih mudah memahami sudut pandang orang lain dan tidak terpaku pada pendapat sendiri, serta lebih terbuka terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.

3. Menjadi rekan kerja yang baik

Dengan berpikir kritis. Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja Kita lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang lain, Kita tentu kaan lebih dihormati oleh rekan kerja Kita. Karena Kita mau menerima pendapat orang lain dengan pikiran terbuka. Maka rekan kerja Kita pasti akan menganggap Kita sebagai rekan kerja yang baik. Di dalam lingkungan kerja, hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan dengan atasan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan kerja Kita. Jika hubungan Kita baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga akan lebih baik dan lebih kondusif serta produktif dalam bekerja.

4. Lebih Mandiri

Berpikir kritis membuat Kita mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak harus selalu mengkitalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit serta harus segera mengambil keputusan, Kita tidak perlu menunggu seseorang yang Kita anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Kita sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran yang kritis, Kita dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Kita untuk berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.

5. Sering menemukan peluang baru

Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Kita untuk menemukan peluang-peluang baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha Kita. Berpikir kritis membuat pikiran Kita lebih tajam dalam menganalisa suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kewaspadaan Kita itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran yang tajam serta mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan. Berpikir kritis akan menguntungkan Kita, karena Kita akan lebih cepat dalam menemukan peluang tersebut jika dibandingkan dengan orang yang tidak terbiasa berpikir kritis.

6. Meminimalkan salah persepsi

Salah persepsi akan sering terjadi bila Kita tidak terbiasa berpikir kritis. Saat Kita menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga percaya akan pernyataan tersebut maka jika Kita memiliki pemikiran yang kritis Kita akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Kita tidak akan mudah salah dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar hanya dengan orang lain mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Kita tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut salah Kita akan membantu bukan hanya diri Kita tapi juga orang tersebut. Dengan semakin Kita berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah persepsi.

7. Tidak mudah ditipu

Berpikir kritis membuat Kita dapat berpikir lebih rasional serta beralasan. Kita mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Kita akan menganalisa suatu anggapan terlebih dahulu kemudian Kita kaitkan dengan sebuah fakta. Kita tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut akan memudahkan Kita untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Kita akan memproses suatu informasi apakah relevan atau sesuatu yang  mustahil sehingga Kita dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak benar atau mengandung unsur kebohongan. Berpikir kritis menuntun Kita lebih selektif dalam mengolah informasi, sehingga Kita tidak akan mudah tertipu karena setiap mendapat suatu informasi, Kita tidak akan langsung mempercayainya begitu saja, namun Kita akan menganalisisnya kembali secara rasional.

 Referensi:

1.     Rocky Gerung: Berpikir Kritis sebagai Upaya Memulihkan Akal Sehat Publik (5/12/2017), Dok. Jurnal Perempuan. https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/rocky-gerung-berpikir-kritis-sebagai-upaya-memulihkan-akal-sehat-publik

2.     Absurditas Media Sosial dan buntunya Nlar Kritis Publik, Siyana Khamdi Syukria, (24/12020), In Suara Kita .  https://jalandamai.net/absurditas-media-sosial-dan-buntunya-nalar-kritis-publik.html

3.     Tujuh Manfaat Berpikir Kritis dan Metode Mencapainya, (9/3/2015), ciputrauceo.net. http://ciputrauceo.net/blog/2015/3/9/7-manfaat-berpikir-kritis-dan-metode-mencapainya

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Auditor: Mengungkap Modus Operandi Pemeriksaan Dari Ketidaksengajaan

Cerpen Auditor : Mungkinkah Menyelamatkan Perusahaan Dari Analisis Teori Kebangkrutan?

Kisah Dibalik Kesuksesan Bergulirnya Kembali Kompetisi Sepakbola di Tanah Air