Perlunya Kita Ber-KKN agar Memperoleh Jabatan atau Tugas yang Lebih Baik

Renungan Cak Bro :
Perlunya Kita Ber-KKN agar Memperoleh Jabatan atau Tugas yang Lebih Baik

·        Epilog : Obrolan di Pagi Hari tentang Mutasi
Suatu hari di ruangan kantor terjadi obrolan tentang SK Mutasi beberapa bulan yang lalu “ Wah … si Z dipindah ke perwakilan X, kasihan deh… berarti dia khan harus jauh dari keluarganya disini” kata si Anu mulai membuka pembicaraan kepada kawannya dan dikomentari kawannya si Fulan “ Benar juga sih,… anak-anaknya tidak mungkin pindah sekolah karena sudah besar-besar, kalau tidak mau … kenapa tidak keluar saja dan bekerja di swasta?”. Si Anu pun menjawab “ awalnya sih dia berpikiran demikian,… tetapi tidak ada job yang cocok seumur dia.. selain itu budaya kerja di swasta berbeda dengan kita sebagai pegawai negeri….”.
Sementara itu di tempat lain di kantin kantor saat sarapan pagi juga terjadi perbincangan yang serupa dari dua orang kawan, si A berkata “ Kamu tahu si C khan?.... Koq bisa ya, dia dipromosikan sebagai pejabat di kantor anu? ”. Seraya menyeruput mie instan si B menjawab “Oh si C itu khan dulunya bekas anak buah kaper di kantor Anu…. Lagi pula si C tuh pintar ‘bernegosiasi’.. jadi pantaslah dia dipromosi daripada kita yang biasa-biasa saja”.
Perbincangan berlanjut “ Tapi kalau saya lihat,… si D orangnya biasa-biasa saja dan tidak pintar bernegosiasi… nah dia juga dipromosikan ke daerah Z” sergah si A yang penasaran, dan dijawab si B dengan kalem “Lho si D itu orangnya rajin kerja…. Semua tugas yang dibebankan dilaksanakan dengan baik dan tanpa komplain atasannya… makanya dia pasti dapat rekomendasi plus dari atasannya untuk dipromosikan… tidak seperti kita, kerjanya cuma nongkrong di kantin ini” dan disambut tawa gelak berdua.

·        Mutasi atau Promosi Bagian Alami dari Perubahan Organisasi


Pada saat ini di kantor terjadi kesibukan yang luar biasa, masing-masing orang mulai berdiskusi dan berkasak-kusuk karena adanya khabar burung (dikenal dengan issue) akan adanya SK Mutasi pegawai baik pejabat struktural atau fungsional (PFA). Masing-masing mulai menghitung diri sudah berapa lama bercokol dikantor ini?, ada pula yang berkasak-kusuk agar mereka tetap tidak masuk dalam daftar mutasi tersebut (saya pun bingung … koq mereka yakin dapat memaksa kehendaknya), bahkan ada yang mengontak kepada kawan lainnya yang mereka anggap berhasil ‘menghindar’ dari jerat SK Mutasi dan berdiskusi meminta kiat-kiat atas kesuksesannya (saya pun ragu apakah benar ada orang seperti itu?).
Bahkan tak jarang, ada pula orang yang mengambil atau memafaatkan kesempatan tersebut dengan mengaku-ngaku atau mengatasnamakan pejabat tertentu yang katanya dapat memenuhi permintaan   agar tidak dimutasi atau dimutasi sesuai daerah yang diinginkan atau… dsb. Hal tersebut semata-mata hanya untuk melakukan penipuan terhadap orang-orang yang selalu menggunakan jalan pintas dan panik ( atau punya ‘pikiran pendek’) akibat informasi yang tidak lengkap.
Sebenarnya mutasi pegawai atau pejabat baik antar organisasi di tiap daerah maupun intern kantor adalah hal yang lumrah sebagai upaya penyegaran (refreshing) demi tercapainya tujuan organisasi lebih efisien dan efektif atau mengantisipasi adanya perubahan yang terjadi dalam organisasi atas tugas dan fungsi yang baru (yang dikenal dengan re-organisasi). Adalah hal yang lumrah bagi kita yang menginginkan tidak terjadi perubahan terutama bila kondisi atau lingkungan kerja sudah terasa nyaman. Setiap perubahan pasti akan berdampak negatif dari satu sisi dan positif bagi sisi yang lain.
Namun harus dipahami bahwa kita tidak bisa mengelak dari perubahan itu sendiri atau dengan kata lain bahwa segala sesuatu pasti mengalami perubahan. Sejak kita kecil beranjak remaja kemudian menjadi dewasa pasti mengalami perubahan, demikian pula dengan organisasi kita. Dalam kehidupan kita tidak ada sesuatu yang bersifat tetap atau absolute, justru yang bersifat tetap adalah perubahan itu sendiri.

·        Kita Harus ber-KKN Jika Ingin Memperoleh Posisi Lebih Baik
Awalnya saya tidak mau pusing atas kejadian tersebut, namun saya tertarik dengan obrolan dengan seseorang kawan yang membincangkan tentang suatu jabatan. Dia menilai selama puluhan tahun dia bekerja bahwa setiap orang bekerja dalam organisasi baik sebagai pejabat struktural maupun fungsional (PFA) atau dalam memperoleh tugas dapat disimpulkan terdiri dari dua macam. Yang pertama, orang yang mendapatkan jabatan (fungsional atau struktural) atau tugas yang ‘lumayan’ karena dia pintar ber-’negosiasi’ maupun memiliki jaringan hubungan/kolega hingga dikenal baik dengan atasannya. Dan kedua, orang tersebut diperlukan atasan atau kantornya karena dia pintar ber-’negosiasi’ atas keahlian/kemampuan ‘khusus’ yang tidak dimiliki orang lain.
Namun jika saya mencoba menyimpulkan kata-kata kawan saya bahwa seseorang memperoleh jabatan atau tugas yang diinginkan pasti karena KKN!! . Janganlah anda berprasangka buruk lebih dahulu, yang dimaksud dengan KKN adalah dalam konteks yang positif. Bagaimana pun seseorang yang ditunjuk dan diangkat menjadi pejabat (struktural atau fungsional) dengan posisi yang lebih baik karena KKN yakni ‘Kompeten, Komitmen dan Negosiasi’.
Baik melalui Rapat Pimpinan Pejabat Pusat (lebih dikenal dengan Baperjakat) maupun Rapat Pimpinan Intern Kantor, seseorang ditempatkan maupun di promosikan di daerah tertentu atau di bidang tertentu di kantor berdasarkan tingkat kompetensinya. Dalam rapat setiap pejabat akan menunjuk atau mempromote orang tersebut dengan pertimbangan kompetensi yang dimilikinya, selain itu orang yang dibicarakan pasti dikenal oleh peserta rapat tersebut.
Kompetensi seseorang diperoleh karena komitmennya, komitmen dalam menjalankan tugas dengan baik sebagai auditor (PFA) atau pejabat. Oleh karena itu akan terbedakan, jika seorang PFA akan memiliki angka kredit lebih banyak dibandingkan lainnya sehingga ia mencapai posisi sebagai ketua tim atau pengendali teknis (Dalnis), dsb. Angka kredit merupakan perwujudan kompetensi atas hasil kinerja yang diperolehnya. Semakin banyak tugas yang diperoleh dan dilaksanakan dengan baik (karena komitmennya untuk menyelesaikan kerja tepat waktu), maka semakin banyak angka kredit yang diperoleh. Demikian halnya dengan pejabat struktural, Atasan langsung pejabat pasti memiliki catatan khusus bagi pejabat bawahan untuk menilai prestasi dan kinerjanya.
Dan terakhir mengapa kita harus memiliki kemampuan bernegosiasi?. Negosiasi inilah merupakan faktor keberhasilan seseorang mencapai posisi yang lebih baik selain kemampuan kedua faktor yang disebutkan sebelumnya. Negosiasi adalah kesepakatan seimbang (equilibrium) antara atasan dan bawahan atas tugas atau jabatan tertentu. Keseimbangan karena kita sebagai bawahan menginginkan tugas atau jabatan tersebut dan Atasan mengenal kita dan menganggap tugas atau jabatan tersebut cocok untuk kita. Hanya saja karena berada dalam adat ketimuran atau di instansi pemerintah terkadang negosiasi tersebut tidak diungkapkan secara eksplisit, lain halnya dengan dunia swasta. Secara sadar atau tidak sadar kita telah memiliki kemampuan tersebut, secara langsung atau tidak langsung kita telah menggunakannya.

·        Iklankan Dirimu agar lebih dikenal di lingkunganmu
Bagaimanakah cara kita bernegosiasi pada instansi pemerintah, atau bagaimana caranya kita lebih dikenal oleh atasan kita?. Salah satu cara yang efektif adalah menjual diri  atau ‘selling your self’( bukan dalam arti negatif lho), kemaslah diri kita agar lebih berbeda secara positif dibandingkan lainnya, terutama bila di lingkungan kita tingkat rata-rata kompetensi tidak berbeda. Jadilah ‘bintang’ di lingkungan kita dengan menggali potensi/kemampuan yang ada agar bisa menjadi yang ‘ter…’ diantara lainnya.

Bagaimana cara kita menggali potensi agar menjadi berbeda?. Setiap orang memiliki ciri khas tersendiri sebagai potensi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, cobalah sedikit merenung dimana potensi sebagai kekuatan kita dan janganlah pernah menjadi ‘follower’. Bagi yang suka menulis, menulislah dengan kreatif. Bagi yang suka menyanyi, menyanyilah dengan kreatif. Bagi yang suka bekerja, carilah pola kerja yang efektif. Bagi yang suka berpantun atau puisi, dsb. Semuanya itu dilakukan untuk menumbuhkan motivasi atau menunjang kinerja kantor, hingga kau dikenal di lingkunganmu dan secara otomatis Atasan akan mengenal dan membutuhkanmu.
Juallah dirimu (selling your self) sesuai prinsip sebuah iklan dengan memoles potensi dan keahlian agar sedikit berbeda dari yang lainnya. Sebagai contoh, sebuah kacang tidak akan berubah rasa dan tetaplah sebagai kacang, namun beragam merek dan kemasan diiklankan hanya karena sebuah kacang dengan rasa yang sama. Mulai dari sekarang cobalah untuk bangkit, galilah potensimu, dan selalu memiliki semangat dan motivasi untuk selalu berpikir positif. Kalau pun sekarang ini nasib baik belum berpihak, saya yakin suatu saat pasti akan terjadi. Selain itu, tidak ada ruginya bagi dirimu untuk lebih mengenal diri dan potensi masing-masing. Daripada hanya bergunjing tidak menentu dan iri terhadap keberhasilan orang lain maupun berpikiran yang bukan-bukan yang justru menjadi menurunkan motivasi kita dalam bekerja.

Salam hangat dari Sidoarjo,
13 Maret 2010



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Auditor: Mengungkap Modus Operandi Pemeriksaan Dari Ketidaksengajaan

Kisah Dibalik Kesuksesan Bergulirnya Kembali Kompetisi Sepakbola di Tanah Air